Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Khawatir pulau akan tenggelam karena abrasi, warga suku Bajo di Desa Torosiaje Jaya, Torosiaje dan Bumi Bahari Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato menanam mangrove di Pulau Maruangi.
Ketua Kelompok Sadar Lingkungan (KSL) Paddakauang Umar Pasandre mengatakan ia bersama puluhan orang lainnya menanam seribu pohon mangrove di pulau tersebut beberapa waktu lalu.
"Saya dengar ada pulau di Sulawesi Tengah yang tenggelam karena abrasi terus-menerus, kami khawatir Pulau Maruangi besar, Maruangi Kecil dan Sangi yang ada di sekitar Torosiaje juga mengalami nasib yang sama," ujarnya di Gorontalo, Selasa.
Menurutnya abrasi sering terjadi di tiga pulau tersebut dalam beberapa tahun terakhir sehingga luas pulau mulai berkurang.
Ia mengaku tak tahu berapa persis luas ketiga pulau namun mengamati dengan cermat setiap perubahan dan pergeseran daratan yang terjadi di bibir pantai.
Meski tidak berpenghuni, pulau-pulau tersebut menjadi tempat persinggahan bagi nelayan setempat.
"Tidak hanya itu, di pulau ini ada warga yang berladang, mencari ikan dan sebagainya. Hidup kami akan sulit jika pulau-pulau ini tenggelam," tambahnya.
Ia menjelaskan, bibit-bibit mangrove diperolehnya dari beberapa program pelestarian mangrove yang masuk ke wilayah itu.
Masyarakat setempat sebagian hidup di atas perkampungan rumah panggung di Desa Torosiaje, sebagian hidup di daratan yakni Desa Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari.
Seluruh perkampungan Bajo tersebut dikelilingi oleh kawasan mangrove yang berstatus hutan lindung yang kini sedang dalam masa rehabilitasi.
"Menanam bakau menjadi kegiatan utama kami belakangan ini, karena nasib hidup kami bergantung pada kelestarian mangrove," imbuh Umar.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015
Ketua Kelompok Sadar Lingkungan (KSL) Paddakauang Umar Pasandre mengatakan ia bersama puluhan orang lainnya menanam seribu pohon mangrove di pulau tersebut beberapa waktu lalu.
"Saya dengar ada pulau di Sulawesi Tengah yang tenggelam karena abrasi terus-menerus, kami khawatir Pulau Maruangi besar, Maruangi Kecil dan Sangi yang ada di sekitar Torosiaje juga mengalami nasib yang sama," ujarnya di Gorontalo, Selasa.
Menurutnya abrasi sering terjadi di tiga pulau tersebut dalam beberapa tahun terakhir sehingga luas pulau mulai berkurang.
Ia mengaku tak tahu berapa persis luas ketiga pulau namun mengamati dengan cermat setiap perubahan dan pergeseran daratan yang terjadi di bibir pantai.
Meski tidak berpenghuni, pulau-pulau tersebut menjadi tempat persinggahan bagi nelayan setempat.
"Tidak hanya itu, di pulau ini ada warga yang berladang, mencari ikan dan sebagainya. Hidup kami akan sulit jika pulau-pulau ini tenggelam," tambahnya.
Ia menjelaskan, bibit-bibit mangrove diperolehnya dari beberapa program pelestarian mangrove yang masuk ke wilayah itu.
Masyarakat setempat sebagian hidup di atas perkampungan rumah panggung di Desa Torosiaje, sebagian hidup di daratan yakni Desa Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari.
Seluruh perkampungan Bajo tersebut dikelilingi oleh kawasan mangrove yang berstatus hutan lindung yang kini sedang dalam masa rehabilitasi.
"Menanam bakau menjadi kegiatan utama kami belakangan ini, karena nasib hidup kami bergantung pada kelestarian mangrove," imbuh Umar.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015