Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo melakukan sinkronisasi dan harmonisasi lalu lintas ternak di Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Penjabat Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya di Gorontalo, Kamis mengatakan sinkronisasi dan harmonisasi tersebut diperlukan untuk membahas isu utama terkait pengiriman sapi dari Gorontalo ke Balikpapan.
Menurutnya peternak Gorontalo lebih banyak melewati Pelabuhan Pantoloan Palu ketimbang melalui tol laut di Pelabuhan Kwandang.
"Soal karantina dan lalu lintas ternak ini sejak tahun lalu sudah kami bahas. Banyak ternak sapi Gorontalo yang di antar pulaukan melalui darat ke Palu kemudian dikirim ke Kalimantan, sementara fasilitas tol laut yang sudah disiapkan pemerintah malah kosong," katanya.
Pada sinkronisasi itu terungkap beberapa alasan utama yang menjadi penyebab di antaranya Gorontalo belum memiliki alat uji Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Sementara ternak sapi yang akan dikirim harus memiliki sertifikat bebas PMK sehingga berdampak pada bertambahnya waktu karantina.
Penyebab lainnya, pengiriman sapi dari Gorontalo yang menggunakan tol laut dalam jumlah banyak dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkannya.
Sementara di Palu ada pengiriman menggunakan kapal-kapal kecil sehingga peternak yang mengirimkan sapi-nya dalam jumlah sedikit sudah bisa langsung dikirim.
"Ini akan diatur jika tol laut yang kita fasilitasi itu tidak terisi, maka perbatasan saya tutup. Saya tidak melarang, tetapi harus penuh dulu tol laut baru bisa ke Palu. Kita juga akan mengupayakan alat uji PMK," kata Ismail.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah tercatat pengiriman sapi selama Tahun 2022 hingga 2023 sebanyak 4.500 ekor. Dari jumlah itu, 50 persen di antaranya adalah sapi dari Gorontalo.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Penjabat Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya di Gorontalo, Kamis mengatakan sinkronisasi dan harmonisasi tersebut diperlukan untuk membahas isu utama terkait pengiriman sapi dari Gorontalo ke Balikpapan.
Menurutnya peternak Gorontalo lebih banyak melewati Pelabuhan Pantoloan Palu ketimbang melalui tol laut di Pelabuhan Kwandang.
"Soal karantina dan lalu lintas ternak ini sejak tahun lalu sudah kami bahas. Banyak ternak sapi Gorontalo yang di antar pulaukan melalui darat ke Palu kemudian dikirim ke Kalimantan, sementara fasilitas tol laut yang sudah disiapkan pemerintah malah kosong," katanya.
Pada sinkronisasi itu terungkap beberapa alasan utama yang menjadi penyebab di antaranya Gorontalo belum memiliki alat uji Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Sementara ternak sapi yang akan dikirim harus memiliki sertifikat bebas PMK sehingga berdampak pada bertambahnya waktu karantina.
Penyebab lainnya, pengiriman sapi dari Gorontalo yang menggunakan tol laut dalam jumlah banyak dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkannya.
Sementara di Palu ada pengiriman menggunakan kapal-kapal kecil sehingga peternak yang mengirimkan sapi-nya dalam jumlah sedikit sudah bisa langsung dikirim.
"Ini akan diatur jika tol laut yang kita fasilitasi itu tidak terisi, maka perbatasan saya tutup. Saya tidak melarang, tetapi harus penuh dulu tol laut baru bisa ke Palu. Kita juga akan mengupayakan alat uji PMK," kata Ismail.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah tercatat pengiriman sapi selama Tahun 2022 hingga 2023 sebanyak 4.500 ekor. Dari jumlah itu, 50 persen di antaranya adalah sapi dari Gorontalo.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024