Ketua Umum Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika (PPAK) Indonesia Solihin Sofian menilai bahwa industri kosmetik lokal berhasil bertahan di tengah gempuran produk-produk impor, termasuk produk impor ilegal.
Meski demikian, Solihin, dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa untuk dapat tumbuh dan berkembang, industri kosmetik dalam negeri perlu memperkuat sektor hulu industri.
“Kita harus bisa membangun industri kosmetika, bukan pabrik kosmetik. Apa bedanya? Pabrik adalah satu segmen tertentu yang memiliki spesialis memproduksi barang jadi. Sedangkan, industri ada keterkaitan antarbagian,” katanya.
Solihin menyebut, sekitar 80-90 persen bahan baku kosmetik lokal masih bergantung pada impor. Dengan penguatan sektor hulu, termasuk produksi bahan baku dan kemasan dalam negeri, industri kosmetik dapat lebih mandiri dan memiliki daya saing yang lebih kuat.
Ia menambahkan, penguatan sektor hulu akan menciptakan ekosistem industri yang lebih terintegrasi, mulai dari riset dan pengembangan hingga produksi. Hal ini akan mendorong tumbuhnya inovasi produk lokal yang berdaya saing.
“Kalau ini sudah dilakukan maka industri kosmetik akan terbentuk dengan baik dan pabrik-pabrik kosmetik yang ada bisa punya daya saing yang kuat. Sehingga ketika produk kosmetik dari luar masuk ke Indonesia, kita mampu dan tangguh menghadapi produk impor,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Excecutive Director Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Setyadi Surya mengatakan kesadaran generasi muda Indonesia yang semakin peduli terhadap penampilan telah menjadi penggerak utama pertumbuhan industri kosmetik dalam negeri.
Munculnya berbagai merek lokal berkualitas menunjukkan bahwa produk buatan Indonesia tak kalah bersaing dengan produk luar.
“Pertumbuhan bisnis industri kosmetik sebesar 21,9 persen pada 2023 ini luar biasa karena industri retail angkanya tidak sampai sebesar itu,” kata Setyadi.
Ia meyakini industri kosmetik dalam negeri berpeluang besar untuk terus tumbuh dan menjangkau pasar yang lebih luas, khususnya industri kosmetik tanah air.
Mengutip catatan Kementerian Koordinator Perekonomian, pertumbuhan jumlah industri kosmetik di Indonesia mencapai 21,9 persen, yakni dari 913 perusahaan pada 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan 2023.
Dari berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan kosmetik di Indonesia, segmen pasar terbesar didominasi segmen perawatan diri (personal care) dengan volume pasar sebesar 3,18 miliar dolar AS pada 2022, disusul skincare sebesar 2,05 miliar dolar, kosmetik 1,61 miliar dolar AS, dan wewangian 39 juta dolar AS.
Penjualan produk personal care dan kosmetik juga mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini di tengah masifnya perkembangan e-commerce di Indonesia.
Sejak 2018 hingga 2022, personal care dan kosmetik merupakan top 3 penjualan di lokapasar (marketplace), dengan nilai transaksi mencapai Rp13,28 kuadriliun dan volume transaksi 145,44 juta.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Asosiasi: Industri kosmetik lokal bertahan di tengah gempuran impor
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024