Sudan ingin Rusia menggunakan posisinya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membantu menghindar dari tekanan yang dilakukan Barat, termasuk ancaman sanksi, kata Penjabat Wakil Menteri Luar Negeri Sudan Hussein Al-Hajj kepada RIA Novosti.

"Kami ingin Rusia menggunakan pengaruhnya di Dewan Keamanan PBB sehingga kami dapat menghindari pengaruh negara-negara Barat yang berusaha memberikan banyak tekanan kepada kami, termasuk sanksi," kata Al-Hajj di sela-sela pertemuan tingkat menteri pertama dalam konferensi Forum Kemitraan Rusia-Afrika di Sochi.

Ia menambahkan, Sudan mengharapkan dukungan dari Rusia dalam bentuk dukungan politik dan bantuan kemanusiaan.

Sejak 15 April 2023, pertempuran sengit telah terjadi di Sudan antara Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di bawah komando Mohamed Hamdan Dagalo dan tentara regular negara tersebut.

Kedua pihak saling bertukar pernyataan yang kontradiktif tentang keberhasilan pertempuran dan penguasaan objek, meluncurkan perang informasi skala besar di media dan jejaring sosial.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan bahwa pertempuran yang sedang berlangsung di negara tersebut dapat menyebabkan wabah penyakit dan kehancuran sistem kesehatan yang fatal.

Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) PBB, jumlah pengungsi internal di Sudan telah melebihi 10 juta orang.

Konferensi Rusia-Afrika diadakan dari tanggal 9 hingga 10 November di wilayah federal Sirius, yang terletak di dekat perbatasan Adler, Sochi.

Sumber: Sputnik-OANA

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sudan ingin bantuan Rusia untuk hindari tekanan Barat

Pewarta: M Razi Rahman

Editor : Debby H. Mano


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024