Gorontalo,(ANTARA GORONTALO) - Ketua Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Sulawesi Selatan, Habibah S Muhiddin, menyatakan warga di Provinsi Gorontalo memiliki risiko kebutaan permanen sebanyak dua persen dari total 12 persen pengidap diabetes.

Dalam 1.000 penduduk, ada satu orang yang berisiko buta permanen, itu hanya berada pada diabetes. Habibah memastikan masih banyak lagi penyebab kebutaan, penyakit diabetes adalah salah satunya.

"Indonesia menjadi negara dengan kebutaan yang tinggi di belahan Asia. Masalah itu bukan hanya berada pada dokter mata, namun hal itu lebih kepada ketidaktahuan masalah kelainan mata. Karena itu, masyarakat lebih banyak tidak mengobati saat mendapatkan gejala awal," katanya, Kamis.

Ia menjelaskan, operasi mata bukanlah solusi yang baik bagi penderita kebutaan. Maka membangun sumber daya manusia (SDM) adalah yang paling penting.

SDM yang dibangun adalah memberikan pemahaman kepada dokter umum, perawat dan tenaga kader kesehatan, seperti para guru.

Itu yang terus Perdami lakukan di pulau Sulawesi, termasuk di Gorontalo, yaitu membangun SDM.

Mereka yang nantinya akan mengenali gejala kebutaan pada masyarakat, yang selanjutnya akan mendapat penanganan awal untuk mencegah buta permanen.

"Misalnya para guru. Dengan modal pengetahuan, mereka bisa melihat gejala kebutaan pada siswa. Jika mendapat penemuan kasus, maka mereka akan segera membawa penderita ke Puskesmas. Begitu juga perawat dan dokter umum," katanya lagi.

Dengan membangun jaringan seperti itu, maka operasi mata bisa dihindari sejak awal. Ia mengatakan, operasi mata sangatlah berisiko.

Operasi mata memang cepat, namun kesalahan yang terjadi akan menyebabkan penderita tak bisa melihat sepanjang usianya.

"Operasi mata butuh kemampuan dokter yang sangat tinggi. Orang bisa melihat dalam lima menit atau buta dalam lima menit karena operasi," tutupnya.

Pewarta: Febriandy Abidin

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017