Jakarta (ANTARA) - Perum Bulog mencatat penjualan beras dan komoditas pangan lainnya lewat platform daring/online iPangananDotcom meningkat hingga 497 persen selama periode Januari-April 2020.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh menjelaskan sejak pandemi COVID-19 serta pemberlakuan work from home menyebabkan terjadinya perubahan perilaku masyarakat dari belanja ke pasar tradisional dan supermarket atau offline, menjadi daring atau online.
"Dari awal Januari, penjualan melonjak 174 persen saat Maret, itu saat awal-awal pandemi dan sejak diberlakukannya PSBB, penjualannya luar biasa, sampai April juga masih meningkat," kata Tri dalam bincang "Brand Eksis di Tengah Krisis" yang diselenggarakan Perum LKBN ANTARA di Jakarta, Rabu.
Tri menjelaskan peningkatan penjualan ini karena kemudahan masyarakat dalam belanja daring yang dapat diakses melalui e-commerce, yakni Shoppe dengan akun iPangananDotCom.
iPangananDotcom ini telah diluncurkan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso sejak pertengahan 2019 lalu.
Hingga kini, platform belanja daring tersebut sudah tersebar di tujuh kota, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, dan Medan.
Adapun target penjualan Bulog baik secara offline maupun online sepanjang 2020 mencapai Rp32 triliun.
Dalam masa pandemi ini, Tri mengakui bahwa bisnis di sektor pangan cukup memberi keuntungan bagi Bulog, terbukti dengan banyaknya pemesanan paket oleh sejumlah pihak, baik dari pemerintah daerah, BUMN, hingga perusahaan swasta dengan potensi omset sebesar Rp1,4 triliun.
"Komoditas yang paling banyak (dipesan) adalah beras, hampir 83 persen. Kemudian komoditas gula, minyak goreng, dan lainnya," katanya.
Tri menambahkan Bulog juga berencana menambah lokasi distribusi iPangananDotcom dari saat ini tujuh kota, menjadi lebih dari 15 kota.
Selain itu, BUMN Pangan tersebut juga berencana menggandeng lebih banyak pemasok agar komoditas yang dijual lebih beragam.
"Kami masih memilah komoditas mana yang mudah dikemas, tidak mudah rusak, dan bisa disimpan lama karena hampir semua komoditas produksi petani mudah rusak," ujar Tri.