Jakarta (ANTARA) - Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh melambat bahkan cenderung negatif pada tahun ini, namun proyeksi tersebut masih lebih baik dibandingkan negara berkembang lain yang juga terdampak pandemi COVID-19, kata Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara.
Mirza dalam seminar daring "New Normal, New Business Model, New Hope" di Jakarta, Selasa, mengatakan jika puncak pandemi COVID-19 hanya terjadi sekali di dunia (single hit), maka ekonomi Indonesia diprediksi terkontraksi minus 2,8 persen pada tahun ini.
Ia mengutip kajian Organisasi Internasional Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Sementara ekonomi negara-negara lain seperti Turki, menurut dia, bisa terjerembab hingga minus 4,8 persen, Argentina minus 8,3 persen, Meksiko minus 7,5 persen, Afrika Selatan minus 7,5 persen dan Brasil minus 7,4 persen.
"Kalo ekonomi dunia misalnya single hit, ekonominya -6 persen, Indonesia -2,8 tahun ini,” ujar mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu.
Namun, jika gelombang kedua COVID-19 (second wave) terjadi, Mirza mengatakan kajian OECD menggambarkan penurunan ekonomi dunia termasuk Indonesia bisa jauh lebih dalam.
Dengan gelombang kedua COVID-19 ini, ekonomi Indonesia diperkirakan negatif 3,9 persen, Turki bisa terjerembab hingga minus 8,1 persen, Argentina minus 10,1 persen, Meksiko minus 8,6 persen, Afrika Selatan minus 8,2 persen dan Brasil minus 9,1 persen.
"Jika ada second wave itu kita bisa ke minus 3,9 persen. Kalau dibandingkan banyak negara, Rusia itu minus, begitu juga Afrika Selatan dan Inggris," ujarnya.
"Memang yang jelas kondisinya buruk dibandingkan dengan sebelum situasi COVID-19," ia menambahkan.
Pandemi COVID-19 ini, kata Mirza, menjadi perhatian utama para pelaku ekonomi dunia saat ini. Negara-negara di dunia sedang mengupayakan agar kegiatan ekonomi terus berjalan, namun tetap dapat meminimalkan risiko terpapar COVID-19.