Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah sebesar 54 poin menjadi
Rp13.044 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp12.990 per dolar Amerika
Serikat.
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta, Jumat,
mengatakan sentimen eksternal mengenai kenaikan suku bunga The Fed masih
mendominasi pasar valas di dalam negeri sehingga investor cenderung mengamankan asetnya dengan melepas mata uang rupiah.
"The Fed masih akan terus membayangi mata uang negara berkembang
dunia termasuk rupiah hingga ada kepastian waktu kenaikan suku bunga.
Faktor itu yang membuat nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi
terhadap dolar AS," ujarnya..
Menurut dia, untuk sementara waktu pelaku pasar uang cenderung
menghindari aset-aset berisiko dan dolar AS menjadi sasaran beli, meski
ekspektasi data makroekonomi Indonesia seperti inflasi dan neraca
perdagangan Indonesia masih positif.
"Badan Pusat Statistik sedianya akan merilis data makro ekonomi
Indonesia pada pekan depan, ekspektasinya masih cukup positif namun
diperkirakan efeknya tidak terlalu besar terhadap rupiah karena sentimen
global cenderung menopang dolar AS," katanya.
Ia mengharapkan bahwa pemerintah dapat lebih fokus lagi untuk
menjaga ekonomi mikro, selama ini pemerintah cenderung mengarahkan
kebijakannya untuk makro seperti pembangunan infrastruktur.
"Penjagaan makro dan mikro ekonomi diharapkan seiring, diharapkan
harga bahan pangan pokok tidak mengalami kenaikan secara tiba-tiba
seperti yang terjadi pada harga beras," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (27/3) ini
tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.064 dibandingkan
hari sebelumnya, Kamis (26/3) di posisi Rp13.003 per dolar Amerika
Serikat.
Rupiah Jumat sore melemah, Rp13.044/dolar AS
Jumat, 27 Maret 2015 18:11 WIB