Yogyakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Suwijiyo Pramono menyebutkan obat herbal atau tardisional bukan berfungsi sebagai antivirus namun mampu meningkatkan daya tahan tubuh jika dikonsumsi.
"Obat herbal digunakan sebagai terapi pendukung obat standar untuk membantu penyembuhan pasien," kata Suwijiyo melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat.
Menurut Suwijiyo, banyak obat herbal yang secara empiris telah digunakan masyarakat dan telah melalui berbagai uji untuk menstimulasi imun.
Beberapa di antaranya adalah herbal dengan kandungan kimia seperti temulawak, kunyit, jahe, meniran, sambiloto, buah jambu biji, buah mengkudu, gel daun lidah buaya, sediaan ramuan, serta bahan topikal dan inhalasi seperti pada eukalyptus.
Ia mengatakan terdapat sejumlah tantangan dalam pengujian herbal sebagai obat, termasuk untuk penanganan COVID-19.
Selain harus ada data secara empirik tentang penggunaan bahan herbal tersebut, perlu melewati sejumlah proses pengujian panjang mulai dari uji "antiviral via docking", "in vitro", "farmakokinetik in vivo" hingga uji klinik on top.
Menyinggung tentang kalung eukalyptus, menurut dia, penggunaan eucalyptus dalam bentuk kalung untuk alat kesehatan menurutnya memang bisa saja berpotensi membantu proses penyembuhan pasien COVID-19.
Kendati begitu, menurut dia, penggunaan dalam bentuk kalung harus diuji secara klinis.
Ahli Penyakit Dalam Konsultan Paru dr. Ika Trisnawati mengatakan bahwa obat herbal bisa menjadi suplemen pendukung dalam pengobatan penyakit termasuk COVID-19.
"Penambahan komponen herbal menjadi salah satu modalitas treatment termasuk untuk COVID-19," kata dia.
Dia mencontohkan penggunaan obat herbal dalam mendukung pengobatan penyakit karena virus telah dilakukan. Salah satunya pemakaian VCO dalam mendukung pengobatan standar pada pasien HIV.
VCO, menurut dia, mengandung asam laurat yang bisa memperkuat sistim kekebalan tubuh telah diujikan dengan hasil yang menunjukkan manfaat dalam membantu pengobatan standar pada pasien HIV.
Pakar sebut obat herbal bukan penangkal virus
Jumat, 10 Juli 2020 20:29 WIB