Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) - Maraknya aktivitas pemboman ikan di perairan Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, ternyata turut merusak pembudidayaan rumput laut di wilayah itu.
"Beruntung para pelaku pemboman ikan dan para pembudidaya rumput laut tidak bersitegang. Jika ada rumput laut yang rusak karena di bom, maka para pembom hanya mereka tegur saja," ungkap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pohuwato, Bahari Gobel, Selasa.
Untuk mengurangi aktivitas bom ikan, maka pihaknya sudah melakukan berbagai upaya seperti sosialisai dampaknya negatifnya serta mendengarkan aspirasi masyarakat.
"Kami juga sudah memberikan kapal dan alat tangkap agar mereka tidak lagi melakukan pembomam ikan. Namun pemberian itu justru menambah aktifitas tersebut," katanya.
Selain dampak bom ikan, Bahari menyebut cuaca sebagai salah satunya yang merusak budidaya rumput laut.
"Seperti adanya ombak yang besar," katanya.
Dengan adanya dua pengaruh tesebut, maka para pembudidaya lebih memilih rumput laut yang mudah dikelolah meski harganya pun tergolong murah.
"Rumput laut jenis cottoni jadi pilihan masyarakat," ungkapnya.
Untuk jenis yang lebih mahal masyarakat belum mau membudidayakan karena terbilang sulit. Seperti rumput laut jenis Spinosum yang kini masih terus di sosialisasikan pihak pemerintah.
"Sementara peran dinas dalam budidaya rumput laut, yakni telah menurunkan delapan orang untuk pendampingan di masyarakat," katanya.
Sejauh ini sudah 15 kelompok yang mendapatkan pendampingan dan pembinaan terkait budidaya rumput laut dengan dana yang tersedia.
Tahun 2016 Kabupaten Pohuwato mendapatkan anggaran dari pusat sekitar Rp3,3 miliar untuk pembangunan gedung serta tempat jemur rumput laut serta Rp1,8 miliar untuk budidaya rumput laut.