Jakarta (ANTARA) - Ketika pandemi Covid-19 menghantam dunia pada 2020, hampir semua sektor kehidupan terguncang. Dunia olahraga, termasuk bola basket Indonesia, tidak luput dari dampaknya.
Indonesia Basketball League (IBL), yang selama bertahun-tahun menjadi panggung utama bagi insan bola basket Tanah Air, menghadapi tantangan terbesar dalam sejarahnya. Namun, dari keterpurukan itu, IBL berhasil bangkit, menginspirasi banyak pihak, dan menjadi salah satu liga olahraga yang kini diperbincangkan hangat di media sosial.
Pada awal 2020, IBL tengah memasuki masa kejayaannya. Kehadiran tim-tim baru dan euforia penonton yang memadati setiap pertandingan menjadi bukti bahwa bola basket kian diminati masyarakat. Namun, ketika kompetisi mencapai seri keenam di GOR Bima Sakti, Malang, Jawa Timur, pandemi Covid-19 memaksa segalanya berhenti.
Pada 12 Oktober 2020, Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah dengan berat hati mengumumkan bahwa kompetisi harus dihentikan, liga musim 2020 berakhir tanpa juara.
Keputusan itu menjadi titik terendah dalam sejarah IBL. Tidak hanya liga yang terhenti, banyak klub menghadapi ancaman keberlangsungan akibat ketiadaan kompetisi.
Namun, semangat untuk terus berjuang tidak padam. Penyelenggara liga bersama klub-klub peserta berupaya mencari cara agar kompetisi tetap berjalan tanpa mengorbankan keselamatan pemain dan ofisial.
Terobosan Sistem "Bubble"
Menyusul ketidakpastian akibat pandemi, IBL 2021 menjadi liga olahraga pertama di Indonesia yang kembali digelar. Konsep "bubble" diterapkan dengan sangat ketat, meniru apa yang juga dilakukan oleh pusat liga bola basket dunia, NBA.
Semua pemain, pelatih, dan ofisial diisolasi di zona khusus untuk mencegah penyebaran virus. Robinson Resort di Cisarua Bogor menjadi tempat penyelenggaraan musim reguler, sementara Mahaka Square Arena di Jakarta menjadi lokasi babak playoffs hingga final.
Meskipun tanpa kehadiran pemain asing, kompetisi berjalan lancar. Tantangan fisik dan mental dalam "bubble" berhasil diatasi berkat kerja keras seluruh pihak yang terlibat. Hasilnya, Satria Muda Pertamina Jakarta keluar sebagai juara di musim IBL 2021 yang sulit, memberikan harapan baru bagi bola basket Indonesia.
Pada 2022, langkah IBL semakin tegak. Pemain asing kembali diizinkan tampil, memberikan warna baru dalam kompetisi.
Namun, gelombang baru penyebaran Covid-19 sempat mengganggu rencana penyelenggaraan di enam kota. Sistem "bubble" kembali diterapkan di Hall Basket Gelora Bung Karno, Jakarta.
Meski demikian, semangat kompetisi tetap terjaga, dan Satria Muda Pertamina Jakarta sekali lagi membuktikan dominasinya dengan mengalahkan Pelita Jaya Jakarta di laga final.
Awal kebangkitan di 2023
Tahun 2023 menjadi tonggak kebangkitan sesungguhnya bagi IBL. Dengan dicabutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir 2022, liga dapat kembali berjalan dengan normal.
Penonton diperbolehkan hadir di delapan seri reguler yang digelar di berbagai kota, memberikan energi baru bagi kompetisi. Bangkitnya klub yang 25 tahun puasa gelar seperti Prawira Bandung juga menambah dinamika persaingan.
Momen besar terjadi ketika Prawira Bandung meraih gelar juara di IBL 2023, mematahkan dominasi klub-klub Ibu Kota yang biasanya menjadi langganan juara.
Prestasi ini tidak hanya memberikan kebanggaan bagi klub yang kembali mengangkat trofi setelah 25 tahun lamanya. Prawira juga menginspirasi tim-tim lain untuk terus berkembang.
Musim 2024 menandai era baru dalam sejarah IBL dengan diterapkannya sistem laga kandang dan tandang. Konsep ini, yang telah lama menjadi impian insan bola basket tanah air, akhirnya terwujud. Musim 2024 adalah kali pertama pertandingan digelar dengan penyelenggaraan di markas masing-masing klub, layaknya NBA.
Di tahun pertama sistem laga kandang dan tandang ini membuat klub-klub peserta menghadapi tantangan besar, tidak hanya dari segi pembiayaan perjalanan tetapi juga tanggung jawab sebagai tuan rumah pertandingan.
Inovasi lain yang diterapkan adalah pengelompokan pemain berdasarkan status lokal, lokal naturalisasi, heritage, dan pemain asing.
Aturan baru ini memberikan warna baru bagi liga basket Tanah Air, dengan banjirnya pemain asing berpengalaman, yang kebanyakan merupakan mantan pemain NBA dan Eropa. Setiap laga IBL berlangsung kompetitif, lebih atraktif, dan lebih intens dari musim-musim sebelumnya.
Meski peraturan ini membuat menit bermain sejumlah pemain lokal berkurang, namun kualitas permainan yang meningkat memaksa para pemain Indonesia untuk mengeluarkan talenta terbaik mereka untuk bisa bersaing.
Di musim 2024, Pelita Jaya Jakarta akhirnya merebut gelar juara setelah gagal di tiga final musim sebelumnya. Di tahun 2024 pula, IBL juga meluncurkan format kompetisi pramusim bernama IBL All-Indonesian 2024.
Tanpa kehadiran pemain asing, turnamen ini dirancang untuk menonjolkan kemampuan pemain lokal, sekaligus memberikan menit bermain maksimal bagi para pebasket Indonesia.
Persaingan kompetisi kembali memanas meski tanpa pemain asing. Dan lagi-lagi Pelita Jaya mengukuhkan gelar juara di turnamen pramusim ini.
IBL 2025
Memasuki musim 2025, IBL tak banyak melakukan perubahan peraturan namun terus berupaya menyempurnakan sistem yang telah ada.
Direktur Utama IBL Junas menyebut bahwa kompetisi bola basket Indonesia sudah berada dalam kestabilan yang cukup ideal usai transformasi besar di musim 2024.
Setiap klub kini berlomba-lomba untuk membangun markas masing-masing untuk mengumpulkan basis penggemar yang lebih besar, yang tentunya akan berdampak positif bagi pemasukan klub.
Sejumlah klub pun lebih aktif dalam bursa transfer pemain, untuk memastikan timnya benar-benar kompetitif dalam memperebutkan tiket playoff, dan bahkan gelar juara.
Di samping itu, berbagai inovasi "luar lapangan" pun bermunculan dari setiap klub yang menggelar pertandingan kandang. Beberapa klub menghadirkan laga kandang lebih atraktif untuk penonton, termasuk inovasi sistem keanggotaan basis penggemar yang banyak memberikan keuntungan khusus.
Pada titik inilah yang diinginkan oleh Junas, sebagaimana yang pernah ia sampaikan pada 2023. Bahwa gelaran kompetisi bola basket Indonesia bukan hanya sekadar olahraga, tapi lebih jauh lagi sebagai industri yang memutar roda perekonomian, serta meningkatkan euforia masyarakat terhadap bola basket.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepopuleran IBL pun melonjak kembali