Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi kepada pedagang sapi dan penjual daging terkait pencegahan bakteri antraks.
Kepala seksi kesehatan hewan Disnakkeswan setempat, drh Lely Wakhidah, di Gorontalo, Senin, mengungkapkan, terkait tingginya kasus warga terinfeksi bakteri antraks di Kabupaten Gorontalo, wilayah tetangga kabupaten tersebut.
Beberapa poin penting yang disosialisasikan, yaitu melarang sementara waktu untuk ternak sapi, kerbau dan kambing dari wilayah Kabupaten Gorontalo, masuk ke wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
"Kami akan mengoptimalkan pengawasan di perbatasan kabupaten ini," katanya.
Para pedagang sapi, kerbau dan kambing dapat memasuki kabupaten ini, jika dapat menunjukkan dokumen lengkap, yaitu surat keterangan kesehatan hewan (SKKH), hasil laboratorium negatif bakteri antraks dan atau rekomendasi dari provinsi untuk antarprovinsi.
Meningkatkan kewaspadaan dan sosialisasi penyakit zoonosis antraks kepada para pedagang sapi, para penjual sapi dan masyarakat umum.
Melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan 'stake holder' yang berhubungan dengan ternak maupun bahan asal hewan.
Meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan di tempat potong hewan (TPH).
Serta masyarakat diharapkan segera melapor ke petugas jika ada kematian ternak sapi yang mendadak.
"Ini upaya pencegahan, untuk menghindari bakteri antraks masuk ke daerah ini," ungkapnya.
Setiap hari Minggu atau hari pasar hewan berlangsung, di wilayah Molingkapoto, Kecamatan Kwandang, pihaknya kata Lely, turun memantau aktivitas di pasar tersebut.
Sebelumnya, melalui Kepala Puskesmas Limboto Barat, Fatmawati Palilati, menyampaikan sebanyak 24 warga Desa Daenaa, Kecamatan Limboro Barat, Kabupaten Gorontalo, terinfeksi penyakit antraks kulit usai menyembelih dan mengonsumsi daging sapi.
Pihak Puskesmas Limboto Barat mendapatkan informasi awal adanya warga terindikasi terkena antraks kulit pada tanggal 30 Mei 2020 lalu.
"Setelah itu kami segera tindak lanjuti dengan mendatangi warga untuk penyelidikan epidomologi dan ternyata sudah ada beberapa warga yang memiliki gejala antraks," ujarnya.
Kemudian pihak Puskesmas melakukan pelayanan pengobatan pertama kepada 24 warga, dan hanya 11 yang terindikasi antraks.
"Selanjutnya kami kembali melakukan pelayanan dengan tujuan untuk memeriksa kondisi pasien, namun pasien kembali bertambah jumlahnya, sehingga total kini 24 warga," kata dia.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020
Kepala seksi kesehatan hewan Disnakkeswan setempat, drh Lely Wakhidah, di Gorontalo, Senin, mengungkapkan, terkait tingginya kasus warga terinfeksi bakteri antraks di Kabupaten Gorontalo, wilayah tetangga kabupaten tersebut.
Beberapa poin penting yang disosialisasikan, yaitu melarang sementara waktu untuk ternak sapi, kerbau dan kambing dari wilayah Kabupaten Gorontalo, masuk ke wilayah Kabupaten Gorontalo Utara.
"Kami akan mengoptimalkan pengawasan di perbatasan kabupaten ini," katanya.
Para pedagang sapi, kerbau dan kambing dapat memasuki kabupaten ini, jika dapat menunjukkan dokumen lengkap, yaitu surat keterangan kesehatan hewan (SKKH), hasil laboratorium negatif bakteri antraks dan atau rekomendasi dari provinsi untuk antarprovinsi.
Meningkatkan kewaspadaan dan sosialisasi penyakit zoonosis antraks kepada para pedagang sapi, para penjual sapi dan masyarakat umum.
Melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan 'stake holder' yang berhubungan dengan ternak maupun bahan asal hewan.
Meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan di tempat potong hewan (TPH).
Serta masyarakat diharapkan segera melapor ke petugas jika ada kematian ternak sapi yang mendadak.
"Ini upaya pencegahan, untuk menghindari bakteri antraks masuk ke daerah ini," ungkapnya.
Setiap hari Minggu atau hari pasar hewan berlangsung, di wilayah Molingkapoto, Kecamatan Kwandang, pihaknya kata Lely, turun memantau aktivitas di pasar tersebut.
Sebelumnya, melalui Kepala Puskesmas Limboto Barat, Fatmawati Palilati, menyampaikan sebanyak 24 warga Desa Daenaa, Kecamatan Limboro Barat, Kabupaten Gorontalo, terinfeksi penyakit antraks kulit usai menyembelih dan mengonsumsi daging sapi.
Pihak Puskesmas Limboto Barat mendapatkan informasi awal adanya warga terindikasi terkena antraks kulit pada tanggal 30 Mei 2020 lalu.
"Setelah itu kami segera tindak lanjuti dengan mendatangi warga untuk penyelidikan epidomologi dan ternyata sudah ada beberapa warga yang memiliki gejala antraks," ujarnya.
Kemudian pihak Puskesmas melakukan pelayanan pengobatan pertama kepada 24 warga, dan hanya 11 yang terindikasi antraks.
"Selanjutnya kami kembali melakukan pelayanan dengan tujuan untuk memeriksa kondisi pasien, namun pasien kembali bertambah jumlahnya, sehingga total kini 24 warga," kata dia.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020