Kabupaten Gorontalo (ANTARA) - Masih segar dalam ingatan masyarakat Indonesia, saat bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu, Donggala dan Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah pada 28 September 2018.
Saat itu pengungsi cukup banyak sehingga memerlukan pasokan lauk makanan siap santap yang salah satunya adalah abon ikan dari Kabupaten Gorontalo.
Siapa sangka berawal dari menjadi salah satu relawan yang memproduksi makanan bagi para pengungsi bencana itu, adalah langkah mula berdirinya usaha mikro kecil menengah (UMKM) abon ikan d`Lira.
Irawaty Farid Malik pemilik UMKM yang berada di Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo itu bercerita, beberapa pekan setelah bencana itu, program Fish for Sulteng yang dilaksanakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dari Kanada meminta agar mereka dapat membuat abon ikan untuk makanan bagi para pengungsi.
Tanpa ragu, ia pun menyanggupi permintaan itu, dengan pemikiran belum bisa membantu secara material, setidaknya bisa menyumbangkan tenaga untuk para pengungsi. Dibantu beberapa tetangga ia membuat abon ikan cakalang dan abon ikan tuna. Pada permintaan pertama, 141 kilogram abon ikan berhasil diproduksi dan dikirimkan ke Sulawesi Tengah.
Karena abon ikan hasil produksinya disukai, LSM itu kembali meminta abon ikan cakalang dan abon ikan tuna dengan jumlah kurang lebih sama, ucap Ira panggilan akrabnya.
Berhasil memenuhi permintaan tersebut, dan melihat potensi besar usaha pembuat abon ikan, Ira memutuskan mendirikan usaha pada 23 Oktober 2018 yang diberi nama Griya Abon Ikan d’Lira dengan bermodalkan tekad dan kemampuan membuat abon yang biasanya hanya diproduksi untuk oleh-oleh keluarga di Jawa.
Setelah resmi berdiri sebagai usaha olahan pangan ikan, d`Lira melakukan inovasi produk baru dengan memproduksi abon ikan sagela atau ikan julung-julung asap yang menjadi salah satu ikan khas masyarakat Gorontalo.
Sadar akan pentingnya perizinan bagi UMKM, Ira bersama suami melengkapi berbagai dokumen perizinan sebagai bagian dari perlindungan usaha secara hukum dan menjamin keamanan produk bagi konsumen.
Sertifikat yang diperoleh pun kata Ira tidak didapatkan dengan mudah, karena banyak tahapan yang harus dipenuhi. Namun usaha tidak mengkhianati hasil, kini d`Lira telah memiliki sertifikat produksi pangan industri rumah tangga, sertifikat halal, surat izin usaha mikro dan kecil, sertifikat izin edar, merk yang telah terdaftar hingga sertifikat yang dibutuhkan oleh olahan pangan lainnya.
Gorontalo sebagai salah satu daerah di Indonesia dengan hasil tangkapan ikan yang cukup melimpah, menjadikan abon ikan cakalang dan ikan sagela d’Lira, dibuat dari 100 persen ikan segar, dengan bumbu rempah-rempah lengkap pilihan.
Berbeda dengan produk abon ikan lainnya, sediaan abon produksi d’Lira itu kering tidak berminyak. Pasalnya dalam pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng yang ada di pasar. Mereka juga menggunakan alat pengering makanan untuk mengurangi kadar minyak.
Abon ikan d’Lira tidak menggunakan MSG dan bahan pengawet dan dikemas dalam kemasan yang aman bagi makanan serta ramah lingkungan. Kemasannya terbuat dari botol plastik, namun dapat dipergunakan kembali setelah habis dikonsumsi.
Meski tidak menggunakan bahan pengawet, masa kedaluwarsa Abon Ikan d’Lira yang disimpan dalam suhu ruangan, dapat mencapai satu tahun. Sedangkan masa setelah kemasan dibuka atau periode after open mencapai sembilan bulan dan akan lebih lama jika disimpan di lemari pendingin.
Dalam proses produksi, Abon Ikan bermerek d’Lira menerapkan produksi berkelanjutan serta nol sampah bahan produksi atau zero waste production.
Selain penjualan untuk pasaran lokal Gorontalo dan nasional, Abon ikan cakalang dan sagela ini telah dijadikan oleh-oleh ekspor jinjing ke beberapa negara, seperti Swedia, Hongkong, Belanda, Islandia, Moskow ,Turki, Korea Selatan, Arab Saudi, Amerika Serikat dan Polandia.
Saat ini, abon ikan cakalang dan sagela d`Lira telah dijual secara luring dan daring di berbagai toko dan retail modern serta marketplace. Rumah produksi mereka pun kini mampu menghasilkan abon ikan hingga 90 kg per bulan, naik signifikan dibandingkan pada awal berusaha yaitu hanya 4-5 kg per bulan.
Dukungan berbagai pihak
Siapa sangka, berawal dari rasa ingin membantu para korban bencana, kini abon d`Lira telah menjadi salah satu UMKM ternama di Provinsi Gorontalo, bahkan telah menjadi binaan berbagai instansi. Diantaranya Bank Indonesia, Rumah Kreatif BUMN Bank Rakyat Indonesia (BRI), Rumah Kreatif BUMN Bank Mandiri, Rumah Kreatif BUMN Pertamina dan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Dian Nugraha mengatakan pihaknya terus melakukan pendampingan bagi UMKM yang telah mengikuti kurasi dan menjadi binaan.
Bank Indonesia Provinsi Gorontalo ingin UMKM itu terus meningkat omsetnya dengan berbagai pendampingan dan diikutsertakan ke sejumlah festival olahan pangan.
Salah satu festival yang disponsori Bank Indonesia dan menjadi wadah bagi UMKM Gorontalo untuk unjuk gigi yaitu Hulonthalo Art and Craft Festival atau biasa disebut HACF 2024. Festival yang mendorong potensi ekonomi kreatif itu diikuti abon ikan d'Lira serta 117 UMKM lain mulai dari olahan pangan, kerajinan tangan hingga fesyen.
Pada Februari 2024, sekitar 20 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) se-Provinsi Gorontalo, juga mendatangi rumah produksi Griya Abon Ikan d’Lira yang berada sekira 30 km dari Kota Gorontalo untuk belajar meraih izin edar.
Mereka merupakan peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) dalam rangka Sertifikasi dan Pendaftaran Izin Edar Pangan Olahan yang dibawa Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melihat salah satu UMKM yang sudah mendapatkan Izin Penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (IPCPPOB) dan Pendaftaran Izin Edar.
Ketua Tim Sertifikasi BPOM di Gorontalo, Yuniarty Ikram Nahumarury, menjelaskan, Griya Abon Ikan d’Lira menjadi contoh langsung penerapan IPCPPOB dan sudah mendapatkan sertifikat izin edar makanan dalam negeri (BPOM RI MD).
Para peserta bimtek itu diberi kesempatan melihat-lihat langsung beberapa penerapan persyaratan dari rumah produksi, agar dapat memperoleh sertifikat IPCPPOB yang diikuti dengan sertifikat izin edar. Termasuk melihat denah dan penerapan langsung alur manusia dan bahan baku yang tidak bersilangan sehingga mencegah terjadinya kontaminasi silang pada pangan olahan.
Keberadaan Griya Abon Ikan d’Lira itu akhirnya juga mampu memberikan motivasi kepada pelaku usaha lain supaya lebih semangat lagi mendaftarkan produknya, agar dapat memperoleh sertifikat IPCPPOB yang diikuti dengan sertifikat izin edar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Abon ikan d'Lira, usaha olahan pangan yang berawal dari bencana