Tambang emas di wilayah Dongi-Dongi, Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah dalam dua bulan terakhir ini kembali marak diserbu para penambang dari berbagai daerah yang mengeksploitasi tanpa ada izin.
Pantauan ANTARA, Selasa, para penambang yang berasal dari berbagai kota seperti Gorontalo, Kotamobagu, Bolmong dan desa-desa di sekitar lokasi melakukan aktivitas ilegal secara leluasa, meski ada petugas dari Polhut maupun polisi yang ditempatkan di lokasi tambang untuk menjaga dan mengawasinya.
Beberapa warga penambang mengatakan mereka kini bebas untuk menambang siang maupun malam hari.
"Kalau sebelumnya kami menambang hanya pada malam hari, tetapi sekarang siang hari dan malam hari," ujar Edee, salah seorang penambang.
Hal senada juga disampaikan Lan. Ia juga membenarkan bahkan, saat ini semakin tambah banyak jumlah penambang di lokasi penambangan emas tanpa izin (PETI) Dongi-Dongi.
Mereka menambang karena mendapat izin dari petugas. "Kalau tidak, kami tidak mungkin menambang," kata dia.
Yang jelas, hanya penambang yang punya kerjasama dengan petugas yang bisa menambang.
Rep (pasir/batu) yang mengandung emas yang diperoleh dari lokasi PETI Dongi-Dongi selanjutnya dibawa ke Kota Palu untuk diproses menjadi emas.
Untuk membawa rep ke Palu, mereka harus pandai-pandai agar tidak ditangkap petugas di jalan.
"Kalau tertangkap itu sudah menjadi resiko yang harus ditanggung," ujarnya.
Padahal selama ini, lokasi PETI Dongi-Dongi dijaga petugas, tetapi buktinya penambang masih berlangsung terus.
Pada pekan lalu, petugas kepolisian dari Polres Sigi menggalakan pengangkutan rep dari lokasi PETI Dong-Dongi yang hendak dibawa ke tromol pengolahan emas yang ada di Palu.
Petugas dalam razia tersebut berhasil mengamankan sebanyak 11 koli/karung rep yang berasal dari lokasi PETI Dongi-Dongi.
Lokasi PETI Dong-Dongi terletak dalam kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu yang kini dikelolah oleh Balai Besar TNLL. Luas areal sekitar 15 hektare. Dahulu adalah hutan, tetapi sekarang ini sudah gundul karena kegiatan penambangan emas oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Pada 2012 sudah ditutup, tetapi sekarang kembali diserbu penambang karena diduga kuat petugas yang ada di lokasi ikut terlibat di dalamnya.
Sementara itu Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Jusman yang dihubungi untuk kepentingan konfirmasi tidak berhasil ditemui. ***1***
(T.BK03/)
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021
Pantauan ANTARA, Selasa, para penambang yang berasal dari berbagai kota seperti Gorontalo, Kotamobagu, Bolmong dan desa-desa di sekitar lokasi melakukan aktivitas ilegal secara leluasa, meski ada petugas dari Polhut maupun polisi yang ditempatkan di lokasi tambang untuk menjaga dan mengawasinya.
Beberapa warga penambang mengatakan mereka kini bebas untuk menambang siang maupun malam hari.
"Kalau sebelumnya kami menambang hanya pada malam hari, tetapi sekarang siang hari dan malam hari," ujar Edee, salah seorang penambang.
Hal senada juga disampaikan Lan. Ia juga membenarkan bahkan, saat ini semakin tambah banyak jumlah penambang di lokasi penambangan emas tanpa izin (PETI) Dongi-Dongi.
Mereka menambang karena mendapat izin dari petugas. "Kalau tidak, kami tidak mungkin menambang," kata dia.
Yang jelas, hanya penambang yang punya kerjasama dengan petugas yang bisa menambang.
Rep (pasir/batu) yang mengandung emas yang diperoleh dari lokasi PETI Dongi-Dongi selanjutnya dibawa ke Kota Palu untuk diproses menjadi emas.
Untuk membawa rep ke Palu, mereka harus pandai-pandai agar tidak ditangkap petugas di jalan.
"Kalau tertangkap itu sudah menjadi resiko yang harus ditanggung," ujarnya.
Padahal selama ini, lokasi PETI Dongi-Dongi dijaga petugas, tetapi buktinya penambang masih berlangsung terus.
Pada pekan lalu, petugas kepolisian dari Polres Sigi menggalakan pengangkutan rep dari lokasi PETI Dong-Dongi yang hendak dibawa ke tromol pengolahan emas yang ada di Palu.
Petugas dalam razia tersebut berhasil mengamankan sebanyak 11 koli/karung rep yang berasal dari lokasi PETI Dongi-Dongi.
Lokasi PETI Dong-Dongi terletak dalam kawasan konservasi Taman Nasional Lore Lindu yang kini dikelolah oleh Balai Besar TNLL. Luas areal sekitar 15 hektare. Dahulu adalah hutan, tetapi sekarang ini sudah gundul karena kegiatan penambangan emas oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
Pada 2012 sudah ditutup, tetapi sekarang kembali diserbu penambang karena diduga kuat petugas yang ada di lokasi ikut terlibat di dalamnya.
Sementara itu Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Jusman yang dihubungi untuk kepentingan konfirmasi tidak berhasil ditemui. ***1***
(T.BK03/)
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021