Stok telur ayam ras di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo mulai menipis jelang Ramadhan 1442 Hijriyah.
"Produksi telur ayam ras di daerah ini memang mengalami penurunan pada masa pandemi COVID-19 disebabkan peternak harus menanggung biaya produksi yang cukup tinggi," kata kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gorontalo Utara, Asrin Menu, di Gorontalo, Sabtu.
Namun kata dia, menipisnya stok telur ayam belum berdampak pada kenaikan harga secara signifikan, mengingat stoknya masih diperoleh dari daerah lain di Provinsi Gorontalo.
Seperti dari wilayah Kota Gorontalo. Sehingga permintaan telur ayam ras yang mulai naik jelang Ramadhan 1442 Hijriah masih dapat terpenuhi.
Harganya masih dikisaran Rp1.500 hingga Rp2.000 per butir.
Di daerah ini katanya, telur dapat dibeli eceran juga per bak isi 30 butir.
Pihaknya kata Asri, bekerja sama dengan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM setempat, untuk melakukan pengawasan stok telur ayam jelang Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri.
Agar saat permintaan tinggi, pasokannya tetap lancar dan stok terpenuhi.
Kondisi yang sama juga terjadi pada stok ayam potong ras yang menipis akibat tingginya permintaan.
Namun stoknya masih terpenuhi juga dipasok dari daerah lain, sehingga kenaikan harga tidak signifikan.
Saat ini, harga ayam potong ras berkisar Rp60 ribu hingga Rp75 ribu per ekor dengan kisaran berat 1,8 kilo gram hingga 2 kilo gram.
"Harga itu masih tergolong normal, tidak seperti harga ayam buras (kampung) yang mulai naik tajam," ungkapnya.
Ayam buras di tingkat peternak lokal dijual mulai dari harga Rp50 ribu per ekor atau sesuai ukuran.
Jelang Ramadhan, kenaikannya mulai terjadi mencapai Rp10 ribu per ekor.
Permintaan ayam buras kata dia, lebih tinggi dibandingkan ayam pedaging (ras).
Sebab konsumen di daerah ini, lebih dominan membeli ayam buras untuk konsumsi khususnya di awal Ramadhan, tambahnya.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021
"Produksi telur ayam ras di daerah ini memang mengalami penurunan pada masa pandemi COVID-19 disebabkan peternak harus menanggung biaya produksi yang cukup tinggi," kata kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gorontalo Utara, Asrin Menu, di Gorontalo, Sabtu.
Namun kata dia, menipisnya stok telur ayam belum berdampak pada kenaikan harga secara signifikan, mengingat stoknya masih diperoleh dari daerah lain di Provinsi Gorontalo.
Seperti dari wilayah Kota Gorontalo. Sehingga permintaan telur ayam ras yang mulai naik jelang Ramadhan 1442 Hijriah masih dapat terpenuhi.
Harganya masih dikisaran Rp1.500 hingga Rp2.000 per butir.
Di daerah ini katanya, telur dapat dibeli eceran juga per bak isi 30 butir.
Pihaknya kata Asri, bekerja sama dengan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM setempat, untuk melakukan pengawasan stok telur ayam jelang Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri.
Agar saat permintaan tinggi, pasokannya tetap lancar dan stok terpenuhi.
Kondisi yang sama juga terjadi pada stok ayam potong ras yang menipis akibat tingginya permintaan.
Namun stoknya masih terpenuhi juga dipasok dari daerah lain, sehingga kenaikan harga tidak signifikan.
Saat ini, harga ayam potong ras berkisar Rp60 ribu hingga Rp75 ribu per ekor dengan kisaran berat 1,8 kilo gram hingga 2 kilo gram.
"Harga itu masih tergolong normal, tidak seperti harga ayam buras (kampung) yang mulai naik tajam," ungkapnya.
Ayam buras di tingkat peternak lokal dijual mulai dari harga Rp50 ribu per ekor atau sesuai ukuran.
Jelang Ramadhan, kenaikannya mulai terjadi mencapai Rp10 ribu per ekor.
Permintaan ayam buras kata dia, lebih tinggi dibandingkan ayam pedaging (ras).
Sebab konsumen di daerah ini, lebih dominan membeli ayam buras untuk konsumsi khususnya di awal Ramadhan, tambahnya.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021