Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, menggelar kegiatan refleksi 30 hari atas meninggalnya rekan mereka HS, saat mengikuti pengkaderan di salah satu kawasan hutan Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Ketua penyelenggara kegiatan refleksi Hidayat Musa di Gorontalo, Kamis malam mengatakan ada tiga rangkaian kegiatan yang mereka laksanakan sejak pagi hingga malam hari, mulai dari gelaran lapak baca, orasi di depan gedung rektorat, serta renungan malam sekaligus menyalakan lilin, untuk mengenang tragedi yang merenggut nyawa teman mereka tersebut.
"Sampai sekarang belum ada kejelasan terkait pengungkapan kasus ini. Teman kami meninggal saat pengaderan dan disinyalir ada dugaan kekerasan yang dilakukan para senior terhadapnya," kata Hidayat.
Oleh karena itu, pada momen lapak baca di pagi hari, pihaknya mengkampanyekan kepada seluruh mahasiswa yang ada di kampus IAIN, bahwa konsep senioritas tidak dibenarkan di negara hukum.
"Jika senioritas dan tekanan masih dipertahankan, itu sama sekali tidak sejalan dengan konstitusi kita," katanya
Sementara itu saat melakukan orasi di depan gedung rektorat, para mahasiswa menyampaikan pernyataan sikap kepada pihak kampus, yang mempertanyakan sejauh apa proses investigasi yang dilakukan oleh tim pencari fakta.
Tim tersebut dibentuk oleh Rektor IAIN setelah peristiwa meninggalnya mahasiswa tersebut terjadi.
Menurutnya, pihak kampus tidak mau melibatkan keluarga maupun kuasa hukum dari almarhum HS, dalam mencari dan mengungkap fakta yang sebenarnya.
"Kami melihat bahwa kampus sama sekali belum menunjukkan itikad baik, untuk mencoba mengungkap masalah kematian HS ini lebih jelas lagi," katanya.
Pada sesi renungan malam dan menyalakan lilin bersama, para mahasiswa memanjatkan doa serta berpuisi untuk mengenang kembali sosok HS yang datang ke kampus hanya untuk mencari ilmu, namun karena adanya dugaan tindak kekerasan saat pengaderan, sang korban malah pergi menghadap yang maha kuasa.
"Kami melihat ada yang salah, dan perlu kita ungkap, sampaikan ke publik, mahasiswa, terutama kampus, bahwa teman kami mati bukan karena penyakit. Tapi ada faktor dari luar, terutama senior, dan ada kekerasan yang terjadi," imbuhnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023
Ketua penyelenggara kegiatan refleksi Hidayat Musa di Gorontalo, Kamis malam mengatakan ada tiga rangkaian kegiatan yang mereka laksanakan sejak pagi hingga malam hari, mulai dari gelaran lapak baca, orasi di depan gedung rektorat, serta renungan malam sekaligus menyalakan lilin, untuk mengenang tragedi yang merenggut nyawa teman mereka tersebut.
"Sampai sekarang belum ada kejelasan terkait pengungkapan kasus ini. Teman kami meninggal saat pengaderan dan disinyalir ada dugaan kekerasan yang dilakukan para senior terhadapnya," kata Hidayat.
Oleh karena itu, pada momen lapak baca di pagi hari, pihaknya mengkampanyekan kepada seluruh mahasiswa yang ada di kampus IAIN, bahwa konsep senioritas tidak dibenarkan di negara hukum.
"Jika senioritas dan tekanan masih dipertahankan, itu sama sekali tidak sejalan dengan konstitusi kita," katanya
Sementara itu saat melakukan orasi di depan gedung rektorat, para mahasiswa menyampaikan pernyataan sikap kepada pihak kampus, yang mempertanyakan sejauh apa proses investigasi yang dilakukan oleh tim pencari fakta.
Tim tersebut dibentuk oleh Rektor IAIN setelah peristiwa meninggalnya mahasiswa tersebut terjadi.
Menurutnya, pihak kampus tidak mau melibatkan keluarga maupun kuasa hukum dari almarhum HS, dalam mencari dan mengungkap fakta yang sebenarnya.
"Kami melihat bahwa kampus sama sekali belum menunjukkan itikad baik, untuk mencoba mengungkap masalah kematian HS ini lebih jelas lagi," katanya.
Pada sesi renungan malam dan menyalakan lilin bersama, para mahasiswa memanjatkan doa serta berpuisi untuk mengenang kembali sosok HS yang datang ke kampus hanya untuk mencari ilmu, namun karena adanya dugaan tindak kekerasan saat pengaderan, sang korban malah pergi menghadap yang maha kuasa.
"Kami melihat ada yang salah, dan perlu kita ungkap, sampaikan ke publik, mahasiswa, terutama kampus, bahwa teman kami mati bukan karena penyakit. Tapi ada faktor dari luar, terutama senior, dan ada kekerasan yang terjadi," imbuhnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2023