Pejabat (PJ) Gubernur Gorontalo Rudy Salahuddin meminta pemerintah daerah fokus pada penurunan angka kemiskinan ekstrem dan penurunan prevalensi anak stunting (tengkes) secara beriringan.

Menurutnya, penyebab stunting dilatarbelakangi oleh fenomena kemiskinan ekstrem seperti kendala dalam mengakses kebutuhan dasar, rumah tidak layak huni, akses air bersih, fasilitas sanitasi dan lainnya.

"Memang harusnya kita intervensi dua hal ini sekaligus. Kita harus lihat penyebab dari hulunya," ucap Rudy pada kunjungan kerja ke Kabupaten Pohuwato, Jumat.

Menurut dia, hulu dari stunting adalah kemiskinan ekstrem. Contohnya, stunting tidak bisa diintervensi pada saat mereka sudah terkena stunting, tapi yang harus diintervensi adalah pra stunting nya.

"Rata-rata memang faktor ekonomi adalah penyebab utama," ujar Rudy.

Rudy mengatakan Presiden Jokowi telah menargetkan masalah kemiskinan ekstrem nasional di tahun 2024 tuntas menjadi 0 persen, dan masalah stunting harus turun menjadi 14 persen. Sementara penduduk miskin yang ada di Gorontalo hingga saat ini masih ada sekitar 2,03 persen, atau 3,38 ribu jiwa.

Serta angka anak stunting masih berada di angka 26,9 persen di atas rata-rata nasional yang 21,5 persen. Di Kabupaten Pohuwato sendiri di tahun 2024, angka stunting naik 12 persen dibanding dengan tahun sebelumnya, yaitu menjadi 18,4 persen.

Oleh sebab itu, dibutuhkan data yang akurat diambil dari data Regsosek, atau data by name by addres yang disurvei langsung melalui aplikasi enumerator, sehingga jelas kondisi masyarakat seperti apa.

"Ini yang harus kita intervensi sekaligus kita miliki berdasarkan data yang akurat. Jadi data yang betul-betul bisa menggambarkan stunting, miskin ekstrem, putus sekolah, atau dikawinkan muda, dan lain sebagainya. Jadi jangan kita intervensi stunting sendiri, kemudian kemiskinan ekstrem sendiri. Jalannya adalah putuskan keduanya," kata dia.*

Pewarta: Adiwinata Solihin

Editor : Debby H. Mano


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024