Tangerang Selatan (Antaranews Gorontalo) - Presiden Joko Widodo akan segera memutuskan pengganti Din Syamsuddin yang sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban.
"Secepatnya akan saya tunjuk penggantinya, kalau bisa hari ini atau besok," kata Presiden Jokowi usai penyerahan sertifikat tanah untuk warga Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan di Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, Banten, Rabu.
Kepala Negara menyebutkan sudah bertemu dan menerima surat dari Din Syamsuddin pada Selasa (25/9) sore terkait pengunduran diri itu.
"Saya menghormati pilihan Pak Din dan beliau tentu sudah banyak pertimbangan matang untuk mundur dari jabatan itu," katanya.
Ia menyebutkan kemungkinan mantan Ketua PP Muhammadiyah itu mundur karena pertimbangan yang bersifat politik.
"Beliau ingin di tengah, netral, saya sangat menghargai apa yang diputuskan Pak Din," katanya.
Presiden menyebutkan lembaga yang sebelumnya dipimpin Din Syamsuddin masih sangat diperlukan untuk pengembangan dialog antaragama dan antarnegara.
Presiden mengakui sudah punya sejumlah nama untuk menempati posisi yang ditinggalkan Din Syamsuddin. "Sudah banyak, tinggal saya putuskan saja," katanya.
Ketika ditanya apakah penggantinya juga dari Muhammadiyah, Presiden mengatakan nanti setelah diputuskan akan diumumkan.
Sebelumnya Din Syamsuddin menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, membahas pengunduran dirinya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban.
"Saya sampaikan alasan ini semata-mata untuk kebaikan, kemashalatan terutama penunaian tugas dan kegiatan saya selama ini di luar utusan khusus yang banyak terlibat sebagai pemimpin dari organisasi atau gerakan yang bersifat lintas," kata Din ditemui di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta usai menemui Presiden pada Selasa (25/9) sore.
Menurut Din, Presiden memahami pertimbangan dan keputusan yang diambilnya.
Din mengungkap dia memimpin sejumlah lembaga kemasyarakatan, salah satunya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI, yang memiliki anggota terdiri atas sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam yang majemuk sehingga perlu menjaga netralitas.
"Jadi, kalau saya masih menjabat sebagai utusan khusus presiden yang sekarang menjadi calon presiden itu, banyak yang memahaminya berarti saya hanya di sini, di satu pihak, dan itu akan menghalangi dan tidak memudahkan upaya saya untuk membangun kebersamaan dari masyarakat majemuk di berbagai organisasi tadi," jelas Din.
Dia menambahkan upaya membangun kebersamaan dan merawat kemajemukan harus orang yang netral dari tarik-menarik kepentingan politik.
Presiden pun mengapresiasi kinerja Din saat mengemban amanah sebagai utusan khusus presiden.
Sejumlah acara yang pernah digawangi oleh Din selama menjabat antara lain Konferensi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia untuk Islam Jalan Tengah atau Wassatiyat Islam, World Peace Forum 100 tokoh dunia lintas agama dan profesi.
Din mengatakan mengirimkan surat pengunduran diri kepada Presiden Jokowi pada Jumat (21/9). Dia telah mengabdi sebagai utusan khusus presiden sejak 23 Oktober 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
"Secepatnya akan saya tunjuk penggantinya, kalau bisa hari ini atau besok," kata Presiden Jokowi usai penyerahan sertifikat tanah untuk warga Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan di Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, Banten, Rabu.
Kepala Negara menyebutkan sudah bertemu dan menerima surat dari Din Syamsuddin pada Selasa (25/9) sore terkait pengunduran diri itu.
"Saya menghormati pilihan Pak Din dan beliau tentu sudah banyak pertimbangan matang untuk mundur dari jabatan itu," katanya.
Ia menyebutkan kemungkinan mantan Ketua PP Muhammadiyah itu mundur karena pertimbangan yang bersifat politik.
"Beliau ingin di tengah, netral, saya sangat menghargai apa yang diputuskan Pak Din," katanya.
Presiden menyebutkan lembaga yang sebelumnya dipimpin Din Syamsuddin masih sangat diperlukan untuk pengembangan dialog antaragama dan antarnegara.
Presiden mengakui sudah punya sejumlah nama untuk menempati posisi yang ditinggalkan Din Syamsuddin. "Sudah banyak, tinggal saya putuskan saja," katanya.
Ketika ditanya apakah penggantinya juga dari Muhammadiyah, Presiden mengatakan nanti setelah diputuskan akan diumumkan.
Sebelumnya Din Syamsuddin menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, membahas pengunduran dirinya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban.
"Saya sampaikan alasan ini semata-mata untuk kebaikan, kemashalatan terutama penunaian tugas dan kegiatan saya selama ini di luar utusan khusus yang banyak terlibat sebagai pemimpin dari organisasi atau gerakan yang bersifat lintas," kata Din ditemui di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta usai menemui Presiden pada Selasa (25/9) sore.
Menurut Din, Presiden memahami pertimbangan dan keputusan yang diambilnya.
Din mengungkap dia memimpin sejumlah lembaga kemasyarakatan, salah satunya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI, yang memiliki anggota terdiri atas sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam yang majemuk sehingga perlu menjaga netralitas.
"Jadi, kalau saya masih menjabat sebagai utusan khusus presiden yang sekarang menjadi calon presiden itu, banyak yang memahaminya berarti saya hanya di sini, di satu pihak, dan itu akan menghalangi dan tidak memudahkan upaya saya untuk membangun kebersamaan dari masyarakat majemuk di berbagai organisasi tadi," jelas Din.
Dia menambahkan upaya membangun kebersamaan dan merawat kemajemukan harus orang yang netral dari tarik-menarik kepentingan politik.
Presiden pun mengapresiasi kinerja Din saat mengemban amanah sebagai utusan khusus presiden.
Sejumlah acara yang pernah digawangi oleh Din selama menjabat antara lain Konferensi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Sedunia untuk Islam Jalan Tengah atau Wassatiyat Islam, World Peace Forum 100 tokoh dunia lintas agama dan profesi.
Din mengatakan mengirimkan surat pengunduran diri kepada Presiden Jokowi pada Jumat (21/9). Dia telah mengabdi sebagai utusan khusus presiden sejak 23 Oktober 2017.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018