Gorontalo (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Gorontalo meninjau Pabrik Gula (PG) Tolangohula, untuk memastikan ketersediaan gula pasir di daerah itu.
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), melihat langsung stok gula yang ada, Kamis.
Perusahaan itu menjadi penyuplai gula pasir di Indonesia Timur, khususnya di Pulau Sulawesi.
Saat ini ada 6.500 ton gula di pabrik tersebut, sebanyak 3.000 ton untuk distribusi luar daerah dan sisanya 3.500 untuk persediaan di Gorontalo.
“Yang melegakan saya bahwa stoknya ada. Saya sampaikan tadi harus bisa memenuhi kebutuhan di Gorontalo," ujarnya.
Gubernur mengakui ada lonjakan harga gula di pasaran, dari Rp12 ribu/kilogram kini sudah mencapai Rp17 ribu hingga Rp18 ribu/kilogram.
Upaya menstabilkan harga dari Bulog juga terkendala harga di perusahaan, yang saat ini sebesar Rp15.500/kilogram.
“Harga eceran tertinggi dari pabrik itu sudah Rp15.500, sementara harga dari Bulog sanggupnya harga Rp12.500. Jadi belum ketemu. Hah ini yang kita kaji, kalkulasi minimal untuk membantu masyarakat dalam dua bulan ini baik yang terdampak wabah virus corona atau persiapan bulan puasa,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi General Manager PT PG Tolangohula Suryanto menjelaskan, kenaikan harga gula disebabkan oleh berkurangnya produksi perusahaannya.
PG Tolangohula baru-baru ini mengalami kerugian akibat aksi pembakaran 500 hektar lahan tebu oleh oknum warga.
Pembakaran dipicu oleh konflik lahan yang tidak kunjung selesai.
“Kan panen harusnya awal tahun, tapi karena dibakar sampai 500 hektar sehingga jadi molor. 500 hektar setara dengan stok konsumsi dua bulan di Provinsi Gorontalo,” jelas Suryanto.
Untuk mengantisipasi lonjakan harga gula di pasaran, Pemprov Gorontalo akan melakukan pengawasan ketat di setiap distributor dan agenda.
Selain itu, pelaksanaan pasar murah bersubsidi terus dilakukan dengan menjual gula seharga Rp5.000/kilogram.**