London (ANTARA GORONTALO) - Indonesia mendorong penguatan kerja sama
internasional di bidang keselamatan dan keamanan nuklir, serta aplikasi
teknologi nuklir untuk maksud damai dalam kerangka Badan Tenaga Atom
Internasional atau IAEA.
Minister Counsellor KBRI/PTRI Wina Dody Kusumonegoro kepada Antara
London, Jumat, mengatakan dorongan tersebut disampaikan Duta Besar RI
untuk PBB dan organisasi internasional lainnya di Wina Rachmat Budiman
pada Sidang Dewan Gubernur IAEA di Wina, Austria, pada 7-11 September
2015.
Sebagai Ketua Delegasi Indonesia, Dubes Rachmat Budiman juga
menegaskan komitmen Indonesia untuk membantu negara-negara berkembang
lainnya di kawasan Asia Pasifik, dan Afrika, khususnya di bidang
aplikasi teknologi nuklir dalam berbagai bidang pembangunan.
Di bidang keselamatan nuklir, Dubes Rachmat Budiman menyampaikan
apresiasi atas beberapa kerja sama antara Indonesia dan IAEA dalam
rangka pengembangan infrastruktur dan penguatan budaya keselamatan
nuklir.
Indonesia mempunyai catatan keselamatan dan keamanan nuklir yang
baik, namun pengembangan kapasitas di bidang tersebut merupakan suatu
yang harus dilakukan secara berlanjut untuk menjawab tantangan
perkembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir yang semakin luas.
Hal itu, katanya, juga menjadi semakin penting mengingat rencana
Indonesia untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pada masa
yang akan datang.
Berbagai kegiatan yang dilaksanakan bekerja sama dengan IAEA,
antara lain Site and External Events Design (SEED) dalam bentuk
pelatihan mengenai "safety review simulation", rencana pengiriman SEED
review mission oleh IAEA ke Indonesia.
Selain itu lokakarya tentang "safety culture self-assessment",
maupun berbagai kerja sama dalam pengembangan dan penguatan
infrastruktur regulasi di bidang ketenaganukliran.
Pascakecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang,
keselamatan nuklir menjadi isu sensitif. Dalam hal itu, masyarakat
internasional terus melakukan langkah-langkah strategis untuk
meningkatkan standar keselamatan nuklir di seluruh dunia.
Dubes Rachmat Budiman menyambut baik upaya IAEA untuk membantu
negara-negara anggotanya memperkuat kapasitas nasional di bidang
keamanan nuklir. Berbagai program dukungan IAEA kepada negara anggota,
antara lain Integrated Nuclear Security Support Plans (INSSP) dan
implementasi Nuclear Security Plan 2014-2017.
Keamanan nuklir merupakan isu penting untuk menjaga agar semua
material nuklir tetap berada dalam pengawasan badan nasional terkait
serta menghindari kemungkinan pencurian material dan teknologi nuklir
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pada kesempatan itu, Indonesia menerima kunjungan tim
International Physical Protection Advisory Service (IPPAS) untuk
melakukan penilaian dan kajian terhadap infrastruktur pengamanan fisik
fasilitas nuklir di Indonesia.
Indonesia merupakan negara pertama yang menyelenggarakan "regional
school on nuclear security" pada Oktober 2014. Kegiatan tersebut
dihadiri 36 peserta dari 11 negara di kawasan Asia dan Pasifik.
Dubes Rachmat Budiman mengatakan Indonesia memiliki keunggulan di
bidang aplikasi teknologi nuklir untuk maksud damai, khususnya di bidang
pertanian, yang diakui masyarakat internasional melalui pemberian
penghargaan Outstanding Achievement Award di bidang pemuliaan tanaman
(mutation breeding).
Dengan keunggulan tersebut, Indonesia siap membantu negara
berkembang lainnya melalui skema kerja sama Peaceful Uses Initiative
(PUI) di bidang pemuliaan tanaman, khususnya negara-negara berkembang di
kawasan Asia Pasifik.
Melalui skema PUI tersebut, Indonesia menyediakan keahlian yang
dimiliki, sedangkan pendanaan kerja sama diharapkan diperoleh dari
negara-negara donor lainnya.
Indonesia juga menyampaikan kesiapannya untuk menggalang kerja sama
tingkat regional, khususnya melalui laboratorium milik Badan Tenaga
Atom Nasional (Batan) yang telah ditetapkan sebagai IAEA Collaborating
Center for Industrial Applications of Nuclear Technology.
Sidang Dewan Gubernur IAEA itu merupakan sidang yang khusus
diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan Konferensi Umum (General
Conference) IAEA dimulai 14 September mendatang di Wina, Austria.
Partisipasi Indonesia dalam konferensi tersebut memiliki arti
strategis untuk menyuarakan kepentingan Indonesia dalam program-program
IAEA dan dalam rangka menggalang kerja sama dan kemitraan dengan
negara-negara anggota IAEA untuk mendukung berbagai program pengembangan
dan pemanfaatan iptek nuklir di Tanah Air.
Indonesia dorong aplikasi nuklir damai di bawah IAEA
Jumat, 11 September 2015 10:58 WIB