Jakarta (ANTARA) - Rencana penggabungan maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) ke dalam Holding BUMN PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney masih terus dikaji secara mendalam.
Pernyataan itu disampaikan Direktur Pemasaran dan Program Pariwisata InJourney Maya Watono. Menurut dia, inklusi industri aviasi, termasuk Garuda Indonesia, memang menjadi salah satu pilar penting dalam pengembangan ekosistem pariwisata dan aviasi yang lebih terintegrasi.
“Namun, waktunya kami belum tahu periodenya kapan,” ujar Maya kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, Maya menjelaskan bahwa rencana integrasi ini sejalan dengan Buku Putih InJourney yang menempatkan industri penerbangan sebagai salah satu pilar utama.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pada Juni lalu mengatakan bahwa penggabungan Garuda ke dalam InJourney tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat karena masih banyak persoalan yang perlu dibereskan.
Namun, ia berharap penggabungan dua perusahaan BUMN itu dapat selesai sebelum Oktober 2024 atau sebelum pergantian pemerintahan.
Sementara itu, Staf Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa Garuda Indonesia harus menyelesaikan masalah keuangannya terlebih dulu sebelum bisa bergabung ke dalam holding pariwisata dan menjalankan bisnis bersama dengan perusahaan lainnya.
Kementerian BUMN membentuk Holding PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney pada Oktober 2021, yang merupakan ekosistem pariwisata multi sektor yang memberikan layanan bandar udara dan kargo, destinasi pariwisata, hotel hingga manajemen retail produk serta industri kreatif.
InJourney memiliki anak perusahaan, di antaranya PT Angkasa Pura I; PT Angkasa Pura II; PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko; PT Hotel Indonesia Natour’ ITDC; dan PT Sarinah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rencana merger Garuda Indonesia ke InJourney masih terus dikaji