Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) - Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo menilai budidaya perikanan di Danau Limboto seperti keramba perlu dikontrol, karena menjadi salah satu penyebab sedimentasi.
"Saat ini di daerah Batudaa juga ada keramba. Kami akan terus melakukan kontrol terhadap aktivitas pemberian pakan ini," kata Bupati Nelson di Gorontalo, Kamis (30/6).
Menurut dia, sisa pakan ikan mengendap di dasar danau, dan mencemari lingkungan perairan di danau berstatus kritis tersebut.
Nelson juga meminta kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Gorontalo, mengenai kapasitas keramba yang boleh beroperasi di Danau Limboto dan pemberian izin.
"Kami juga berencana untuk menanam ubi talas di daerah sekitar Danau Limboto, karena talas dapat hidup dirawa-rawa dan dapat menjadi lumbung pangan kita di saat musim kemarau atau musim hujan," jelasnya.
Puluhan ton sisa pakan ikan diperkirakan mengendap di Danau Limboto setiap harinya, kata seorang pejabat di Provinsi Gorontalo.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pengkajian dan Penataan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup dan Riset Daerah (BLHRD) Provinsi Gorontalo Nasruddin memprediksi puluhan ton sisa pakan ikan yang mengendap di Danau Limboto setiap hari.
Ia menyebutkan jumlah jaring apung di danau tersebut sekitar 2.559 unit, dengan kebutuhan pakan ikan mencapai 202 ton per hari.
"Jika 10 persen dari pakan itu tidak termakan oleh ikan, maka terdapat sisa pakan sebanyak 20,2 ton per hari di danau itu. Ini yang mendorong ledakan tumbuhan akuatik seperti eceng gondok," ujarnya pula.
Menurut dia, selama bertahun-tahun di Danau Limboto telah terjadi eutrofikasi, yakni suatu proses dimana tumbuhan seperti eceng gondok tumbuh sangat cepat akibat kaya nutrien di lingkungan perairan.
Status trofik danau tersebut pada tahun 2008 menunjukkan kondisi dalam kategori mesotrofik. Namun, lanjutnya, tahun 2015 status trofik Danau Limboto menjadi eutrofik berat dan hiper eutrofik.