Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Kementerian Agama dibantu oleh Kemitraan
Pengembangan Kapasitas dan Analisis Sektor Pendidikan (ACDP) Indonesia
memperbaiki pelajaran agama terutama agama Islam dengan memasukkan
nilai-nilai kerukunan dan toleransi antarumat beragama guna menangkal
radikalisme.
"Pelajaran agama Islam disampaikan secara menarik dan menanamkan
nilai-nilai budaya dan pelajarannya mengarah kepada kerukunan dan
toleransi dengan mengemasnya lebih baik, sehingga pesan Islam sebagai
rahmat bagi alam semesta sampai kepada para siswa," kata Pakar
Pendidikan Islam dan Mantan Direktur Pendidikan Islam Kementerian Agama
Republik Indonesia di Jakarta, Rabu.
Perbaikan pelajaran agama Islam ini telah dimulai pada 2015 dengan
melatih 30 orang instruktur untuk melatih para guru agar dapat
memasukkan nilai-nilai kerukunan beragama tersebut di dalam kelas dan
kemudian dikembangkan di kabupaten provinsi.
Penasihat ACDP Indonesia untuk Kementerian Agama Muljani Nurhadi
mengatakan saat ini sudah sebagian besar sekolah menggunakan metode
tersebut di dalam kelas dan diharapkan pada 2017 dapat diterapkan di
seluruh Indonesia.
Muljani mengatakan guru diharapkan mengganti cara dia mengajar
dengan cara yang lebih interaktif dan menarik, karena untuk
menanggulangi paham radikalisme di sekolah guru perlu mengemas materi
pelajaran dengan yang lebih menarik.
"Untuk menangkal radikalisme itu tidak memerlukan menambah jam
pelajaran tapi tinggal mengganti metodologinya, selama ini guru agama
dirasa kurang menarik menyampaikan pelajarannya, seperti ceramah.
Sebenarnya anak-anak apalagi tingkat SMA tidak perlu diceramahi, mereka
disuruh membaca 20 menit saja sudah tahu isi pelajarannya yang penting
adalah pendalamannya," kata dia.
Dia mengatakan penyebar paham radikalisme memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan baik salah satunya berkedok bimbingan belajar.
"Bimbingan belajar mata pelajaran yang akan di UAN-kan yang biasanya
dikelola oleh kakak kelas mereka yang sudah duduk di bangku perguruan
tinggi. Bimbingan belajar tersebut bukanlah dari sekolah, anak-anak itu
akan ikut bimbingan belajar tersebut karena merasa ada ikatan batin.
Setelah masuk maka mereka akan disusupi dengan ajaran radikal," kata
dia.
Menurut dia anak-anak dengan fondasi agama yang kuat, tidak akan terpengaruh dengan paham-paham demikian.
Pemerintah perbarui pelajaran agama untuk tangkal radikalisme
Kamis, 15 September 2016 10:14 WIB