Washington (ANTARA GORONTALO) - Injeksi gas dalam jumlah banyak, terutama karbon dioksida (CO2),
ke bawah permukaan tanah di ladang minyak Texas berkaitan dengan
serangkaian gempa bumi kecil, demikian menurut hasil studi peneliti
Amerika Serikat (AS) dan China.
Gan Wei dari China University of Geoscience dan Cliff Frohlich dari University of Texas
di Austin memusatkan studi pada satu daerah di Texas Barat Laut dengan
tiga ladang minyak dan gas besar yakni Cogdell, Salt Creek dan Unit
Scurry Area Canyon Reef Operators Committee (SACROC), yang semuanya
memproduksi minyak bumi sejak 1950-an.
Para operator mulai menyuntikkan gas karbon dioksida di ladang SACROC pada 1971 untuk mendongkrak produksi minyak bumi.
Proses yang disebut Carbondioxide Enhanced Oil Recovery (CO2 EOR) itu dilakukan dengan menyuntikkan gas CO2 ke kedalaman formasi batuan, teknik yang diusulkan untuk
mengurangi buangan gas rumah kaca dengan menangkap karbon dioksida dan
menyuntikkannya jauh ke dalam tanah untuk penyimpanan jangka panjang.
Di Ladang Cogdell, CO2 EOR mulai dilakukan tahun 2001 dan menghasilkan peningkatan mencolok mulai 2004.
Dengan
menggunakan jaringan seismometer sementara resolusi tinggi, para
peneliti mengidentifikasi 93 gempa bumi di daerah Cogdell mulai Maret
2009 sampai Desember 2010, tiga di antaranya memiliki magnitudo lebih
dari 3,0.
Bahkan gempa dengan magnitudo 4,4 terjadi di Cogdell
pada September 2011. Namun tak ada laporan mengenai korban cedera atau
kerusakan parah akibat gempa tersebut.
Menggunakan data injeksi
gas dan ekstraksi cairan dan gas, para peneliti menyimpulkan bahwa gempa
bumi berkorelasi dengan peningkatan CO2 EOR di Cogdell.
Namun dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Science itu mereka juga menemukan bahwa tingkat injeksi gas yang sama tidak memicu gempa yang setara di ladang minyak yang lain.
"Studi kami menunjukkan untuk pertama kali penyuntikan gas bawah
tanah bisa menyebabkan gempa bumi yang magnitudonya 3,0 lebih," kata Gan
kepada kantor berita Xinhua.
"Tapi ada ladang lain di dekatnya
yang telah mengalami kebanjiran CO2 serupa tanpa memicu gempa, jadi
studi lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami mengapa ladang minyak
itu bereaksi secara berbeda terhadap penyuntikan gas," kata Gan.
Di dalam satu dokumen studi tahu lalu di jurnal yang sama, peneliti
Stanford University Mark Zoback dan Steven Gorelick berpendapat
"kemungkinan besar gempa bumi bisa dipicu oleh penyuntikan CO2 dalam
jumlah besar".
Menurut para peneliti, satu penjelasan yang mungkin bagi reaksi
berbeda terhadap injeksi gas di tiga ladang itu ialah kemungkinan
keberadaan lempeng geologi di area Cogdell yang prima dan siap bergerak
ketika tekanan gas dalam jumlah besar mengurangi gesekan lempeng itu.
Studi: injeksi gas terkait dengan gempa bumi kecil
Rabu, 6 November 2013 12:31 WIB