Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Early Warning System (EWS) Si-Rukun atau Sistem Deteksi Dini Indonesia Rukun yang disiapkan sebagai langkah preventif untuk mencegah dan mengatasi konflik sosial berdimensi keagamaan.
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan sistem ini merupakan instrumen yang sangat vital bagi bangsa Indonesia. Menurutnya, urgensi sistem ini sama dengan alat deteksi dini tsunami, yang menuntut respons cepat dan profesional dari seluruh jajaran Kemenag.
"Ada tiga hal yang perlu dideteksi. Yang pertama adalah fenomena gejala-gejala munculnya potensi konflik. Yang kedua, ketika muncul konflik. Dan yang ketiga adalah konflik itu sendiri," ujar Menag Nasaruddin Umar saat meluncurkan EWS Si-Rukun di Jakarta, Senin.
Si-Rukun merupakan aplikasi berbasis website yang bisa diakses melalui laman https://pkubpusat.kemenag.go.id/ews/login. Aplikasi ini diharapkan bisa memudahkan warga untuk melapor jika mendeteksi potensi konflik di wilayah mereka.
"Jadi kita di Kementerian Agama harus punya tiga kuasa. Karena potensi konflik ini bisa terjadi dalam waktu yang sangat cepat, seperti kedatangan tsunami, barangkali susah diprediksi, tapi berlangsung sangat cepat juga," kata Menag.
Untuk menjamin kecepatan respons, Menag Nasaruddin Umar menginstruksikan seluruh pejabat terkait untuk siaga penuh.
"Karena itu mohon kepada seluruh pejabat yang terkait, teleponnya (aktif) 24 jam. Jangan pernah tidur dengan telepon itu. Dan dibunyikan agar sampai nanti kita selesai. Itu nanti bisa bermasalah," ujar Menag.
Menag juga meminta jajarannya agar deteksi konflik tidak hanya dibatasi pada isu agama, tapi seluruh potensi konflik.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenag Kamaruddin Amin menjelaskan EWS Si-Rukun merupakan sistem informasi yang datanya di lapangan dihimpun oleh para penyuluh, penghulu, dan Kanwil Kemenag di seluruh Indonesia.
Sistem ini dibangun berdasarkan penelitian tentang potensi dan modal yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah, seperti jumlah rumah ibadah, penyuluh, dan potensi konflik di suatu daerah.
Kemenag telah melatih tidak kurang dari 500 penyuluh yang dikhususkan untuk deteksi konflik, terutama di daerah dengan potensi konflik yang lebih besar.
"Kita akan terus melakukan penelitian, seperti tentang potensi wilayah yang kira-kira potensi konfliknya lebih besar. Kondisi sosial dan kebangsaan sangat dinamis, sehingga tentu penelitian itu tidak pernah statis, tidak pernah berlaku selamanya seperti itu, tapi ada dinamika," katanya.
EWS Si-Rukun dirancang untuk menghasilkan output yang terstruktur, yang mencakup Skor Potensi Konflik, Tingkat Respon, Pemetaan Daerah, Rekomendasi, Frekuensi Kasus dan Laporan.
Sistem ini juga dilengkapi dengan mekanisme eskalasi yang berfungsi sebagai peringatan dini manakala konflik sosial berdimensi keagamaan berpotensi menjadi lebih besar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenag luncurkan Si-Rukun, sistem deteksi dini potensi konflik sosial
