Berlin (ANTARA GORONTALO) - Jerman, Selasa, meluncurkan penyelidikan kedua terkait dugaan kegiatan mata-mata oleh Turki.
Menteri dalam negeri Jerman mengatakan Berlin tidak akan menoleransi spionase asing di wilayahnya.
Ketegangan sedang meningkat antara Jerman dan Turki, dua sekutu di
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menjelang referendum di Turki
bulan depan. Referendum tersebut mengarah pada upaya perluasan kekuasaan
Presiden Tayyip Erdogan.
Berlin sudah membuat Turki marah dengan membatalkan beberapa unjuk
rasa berbau kampanye oleh menteri-menteri Turki di wilayah Jerman.
Pembatalan itu membuat Turki melemparkan tuduhan bahwa Pemerintah Jerman
tengah menjalankan taktik "Nazi".
Laporan berbagai media bahwa Turki memata-matai para anggota
diaspora etnis Turki terbesar di Jerman telah memperkeruh hubungan kedua
negara.
"Kami telah meluncurkan penyelidikan terhadap suatu pihak terkait
dugaan spionase," kata seorang juru bicara Kantor Kejaksaan Federal
Jerman (GBA) sebagaimana dikutip Reuters.
Juru bicara tersebut menolak berkomentar soal laporan media Jerman
bahwa pihak yang dimaksud itu adalah Badan Intelijen Turki (MIT) dan
bahwa badan tersebut diduga melakukan aksi mata-mata terhadap para
pendukung ulama Turki yang tinggal di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.
Ankara menuding Gulen mengatur percobaan kudeta pada Juli tahun lalu, tuduhan yang dibantah Gulen.
Seorang juru bicara GBA mengatakan penyelidikan dilakukan terpisah
dari penyelidikan yang diluncurkan awal tahun ini soal kemungkinan
spionase oleh para ulama yang dikirim ke Jerman oleh Pemerintah Turki.
"Kedua kasus itu menyangkut dugaan spionase yang melibatkan Turki,
tapi pada saat ini tidak ada unsur yang sama pada kedua penyelidikan
tersebut," ujar sang juru bicara.
Kalangan pejabat Turki belum memberikan tanggapan.
Sebelumnya, surat kabar Jerman Sueddeutsche Zeitung dan dua stasiun
penyiaran melaporkan bahwa intelijen Turki memberikan kepada dinas
intelijen Jerman sebuah daftar nama 300 orang, yang diduga merupakan
para pendukung Gulen dan saat ini tinggal di Jerman.
Daftar itu juga berisi nama 200 kelompok, sekolah dan lembaga-lembaga lainnya yang dikaitkan dengan ulama tersebut.
Sejak kudeta yang gagal tahun lalu, pihak berwenang Turki telah
melakukan pembersihan terhadap banyak lembaga, sekolah universitas dan
media puluhan ribu orang yang diduga sebagai pendukung Gulen. Langkah
Ankara itu membuat Uni Eropa khawatir soal kemungkinan terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia.
Jerman selidiki dugaan spionase oleh Turki
Rabu, 29 Maret 2017 7:47 WIB