Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo
menyesalkan terjadinya peretasan terhadap laman resmi lembaganya, yang
beralamatkan di https//dewanpers.or.id, mengingat laman Dewan Pers kerap
dijadikan rujukan orang banyak untuk memeriksa sejumlah hal terkait
pers.
"Kami menyesalkan lah, menurut saya
peretasan itu tidak bijaksana orang yang memilih situs Dewan Pers," kata
pria yang akrab disapa Stanley itu saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
"Situs
itu kan untuk kepentingan publik, misalnya orang bisa mengecek
seseorang wartawan abal-abal atau bukan, medianya terdaftar di Dewan
Pers atau tidak," ujarnya menambahkan.
Lebih
lanjut, Stanley mengatakan di laman Dewan Pers juga terdapat banyak
peraturan dan seruan terkait pers Indonesia, yang kerap dijadikan
referensi untuk pemeriksaan berbagai hal, sehingga disayangkan menjadi
sasaran peretasan.
Kendati demikian, terkait
pesan yang diunggahkan oleh peretas di laman Dewan Pers mengenai
keprihatinan terhadap kondisi bangsa saat ini, Stanley mengaku ia dan
rekan-rekannya di Dewan Pers juga merasakan hal yang sama.
"Kalau
pesan yang disampaikan dalam peretasan itu sih kami juga prihatin
dengan kondisi Indonesia, kami setuju saja," kata Stanley.
"Cuma
kenapa kok sasarannya Dewan Pers, entah pelakunya sudah memperhitungkan
belum apa dampaknya terhadap publik yang biasa mengunjungi situs Dewan
Pers," ujarnya menambahkan.
Laman Dewan Pers
saat ini tidak bisa diakses, setelah sebelumnya pada pukul 08.44 WIB
saat diakses laman langsung menunjukkan pesan dengan huruf berwarna
merah dan latar berwarna hitam serta lambang Garuda Pancasila berwarna
merah yang terkoyak di atasnya.
(Baca: Laman Dewan Pers diretas)
(Baca: Laman Dewan Pers diretas)
Pesan yang diiringi musik latar lagu wajib nasional Gugur Bunga gubahan Ismail Marzuki tersebut berbunyi:
"Ketika
garuda kembali terluka karena provokasi mahkluk durjana.. Ketika
semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" kembali terabaikan karena aksi oknum
yang mengatasnamakan agama.. Ketika ayat ayat suci jadi bahan perdebatan
oleh orang orang yang merasa memiliki surga.. Ketika perjuangan
pahlawan kemerdekaan sudah dilupakan begitu saja oleh mereka yang merasa
paling berjasa.."
"Tolong hentikan
semua perpecahan ini, tuan.. Negaraku, bukan negara satu agama atau
milik kelompok perusak adat budaya juga bukan milik satu golongan.."