Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
menyatakan, pemberantasan pencurian ikan di kawasan perairan Indonesia
masih belum dapat dikatakan sukses karena masih terus muncul aktivitas
tersebut dengan beragam modus baru.
"Pemberantasan illegal fishing tidak bisa dikatakan sukses
karena masih ada pencurian ikan," kata Menteri Susi dalam konferensi
pers di kantor KKP, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pihak yang melakukan tindakan pencurian ikan masih
tetap ada dan beroperasi di perairan nasional tetapi dengan kemunculan
modus yang berbeda-beda.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
menginginkan Perserikatan Bangsa Bangsa dapat menetapkan aktivitas
pencurian ikan sebagai kejahatan transnasional yang terorganisasi.
"Kita harus mengakui bahwa Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishing ini
terkait dengan kejahatan transnasional yang terorganisasi. Operasinya
sering didukung oleh kelompok terorganisir," kata Menteri Susi.
Menurut Susi, Indonesia adalah saksi kejahatan pelanggaran HAM
tersebut, mulai dari perdagangan manusia, perbudakan anak, hingga
pelecehan fisik dan seksual yang terjadi di kapal penangkap ikan.
Selain itu, ujar dia, tidak jarang juga terjadi penyelundupan mulai
dari bahan makanan seperti beras, bawang, pakaian, hingga obat-obatan
terlarang, alkohol, dan narkotika. "Mereka juga menyelundupkan satwa
liar yang terancam punah, seperti burung beo, burung surga, dan
armadillo," ungkap Menteri Susi.
Untuk itu, ia mengimbau agar negara-negara anggota PPB tidak membiarkan praktik illegal fishing terjadi secara bebas di masing-masing negara.
Menteri Susi menyatakan, pemberantasan pencurian ikan bila dilakukan
suatu negara maka akan menguntungkan negara tersebut sehingga berbagai
pemerintahan di dunia juga diharapkan fokus untuk melakukannya.
Di Indonesia, ujar dia, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan
Indonesia saat ini adalah 50 persen lebih tinggi daripada PDB nasional.
Selain itu, Menteri Kelautan dan Perikanan RI juga menyatakan komoditas ikan berkontribusi besar terhadap deflasi Indonesia.
"Indeks stok ikan MSY (Maximum Sustainable Yield) kami meningkat
dari 6,5 juta ton pada 2014, menjadi 7,1 juta ton pada 2015, dan menjadi
9,9 juta ton pada 2016. Tahun ini diperkirakan menjadi 12 juta ton,"
papar Susi.
Untuk itu, Susi menginginkan negara-negara di dunia bekerja sama
untuk menutup celah yang memungkinkan sindikat kejahatan perikanan
beroperasi secara bebas di seluruh dunia.
Menteri Susi: pemberantasan pencurian ikan belum sukses
Jumat, 16 Juni 2017 14:54 WIB