Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Fraksi PAN DPR menegaskan menolak rencana
pembangunan gedung baru DPR dan apartemen yang digunakan untuk tempat
tinggal anggota DPR, karena dinilai tidak berpihak kepada rakyat.
"Kami menolak pembangunan apartemen karena tidak berpihak kepada
rakyat," kata Sekretaris Fraksi PAN DPR, Yandri Susanto, dalam
konferensi pers di Gedung Nusantara I, Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan, kata "apartemen" saja sudah mencerminkan
ketidakberpihakan kepada rakyat dan kata-kata itu disandingkan dengan
hal-hal yang mewah.
Menurut ketua DPP PAN itu, masalah ketidakhadiran anggota DPR dalam
banyak rapat dan kerja legislasi tidak maksimal, bukan karena
permasalahan tempat tinggal anggota DPR.
"Misalnya rumah jabatan anggota DPR di Kalibata, Jakarta Selatan,
banyak yang tidak ditempati anggota DPR sehingga masalah ketidakhadiran
dan penurunan produk legislasi harus dilihat secara komprehensif agar
tidak menyakiti hati rakyat," ujarnya.
Sementara itu menurut dia, terkait rencana pembangunan gedung baru
DPR, lebih baik dibatalkan karena kondisi keuangan negara tidak
memungkinkan.
Dia menilai lebih baik dilakukan renovasi daripada membangun gedung
baru karena dananya tidak terlalu besar sehingga DPR harus mendengarkan
aspirasi rakyat, jangan memutuskan sepihak.
"Tanya dahulu kepada rakyat bagaimana responnya, jangan memutuskan
hanya dari versi DPR saja. Ada tujuh proyek DPR namun kalau keuangan
negara tidak memungkinkan maka tidak perlu," ujarnya.
Yandri mengatakan biarkan Badan Urusan Rumah Tangga DPR bekerja
namun keputusan akhir ada di Badan Musyawarah DPR yang di dalamnya ada
pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi DPR.
Selain itu menurut dia, pimpinan DPR harus melibatkan pimpinan
fraksi-fraksi untuk membahas isu-isu sensitif misalnya terkait tujuh
proyek DPR.
"Kalau para pimpinan fraksi mayoritas menolak maka BURT DPR tidak
perlu melanjutkan pembahasannya. Kami akan sampaikan sikap di Rapat
Paripurna," katanya.
Sebelumnya, Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR, Anton Sihombing,
mengatakan, anggaran pembangunan gedung baru DPR diperoleh secara
bertahap misalnya di 2018 sebesar Rp500 miliar dari total anggaran DPR
di tahun tersebut Rp5,7 triliun.
"Anggaran itu kan bertahap yang sudah didapat Rp5,7 triliun kemarin
itu sudah ada Rp500 miliar untuk anggaran," kata Sihombing, di Gedung
Nusantara, Jakarta, Senin (14/8).
Politisi Partai Golkar itu menjelaskan selain membangun gedung baru,
DPR juga mewacanakan untuk membangun alun-alun demokrasi, perpustakaan
hingga museum parlemen.
Rencana itu, menurut dia, di luar dari anggaran yang akan digunakan
untuk membangun gedung baru DPR misalnya alun-alun demokrasi dapat
digunakan sebagai tempat representatif bagi masyarakat yang ingin
melaksanakan unjuk rasa.
"Tapi nanti kita tambah lagi untuk pembangunan alun-alun,
perpustakaan terus museum. Misalnya di London, Inggris ketika masyarakat
menyampaikan aspirasi ada tempat tersendiri, tidak seperti di sini
ketika demo terjadi kemacetan," katanya.
Anton mengatakan pembahasan RAPBN 2018 baru akan dilakukan setelah
pembacaan nota keuangan pada 16 Agustus 2017, sehingga setelah itu baru
bisa dipastikan DPR memperoleh anggaran Rp5,7 triliun atau tidak.
Fraksi PAN DPR tegaskan tolak pembangunan gedung-apartemen DPR
Jumat, 18 Agustus 2017 18:28 WIB