Virus tersebut pertama kali dideteksi di negara Asia Tenggara itu sebulan lalu di tiga peternakan di dua provinsi di bagian utara Vietnam dan menyebar ke 17 provinsi di Vietnam Utara dengan 239 wabah yang sudah dikonfirmasi, kata FAO dalam satu pernyataan.
Daging babi menyumbang tiga perempat dari total konsumsi daging di Vietnam, yang berpenduduk 95 juta jiwa, tempat sebagian besar dari 30 juta ekor babi yang diternak dikonsumsi di dalam negeri.
"Hilangnya babi karena infeksi ASF dan tindakan pengendalian mengarah kepada beban ekonomi yang berat bagi banyak keluarga di pedesaan," kata Albert T. Lieberg, perwakilan FAO di Vietnam, setelah pertemuan pekan lalu dengan pihak berwenang Vietnam.
Vietnam melaksanakan pengendalian ketat gerakan babi dan produk-produk babi dan memusnahkan lebih 25.000 ekor babi, tetapi FAO mengatakan peternakan-peternakan kecil dengan "biosecurity" akan menimbulkan penyebaran ASF.
Penyakit itu, yang tidak bisa disembuhkan pada babi tetapi tidak berbahaya bagi manusia, juga menyebar secara cepat di China, negara tetangga Vietnam, pekan lalu. Beijing melarang impor babi, babi hutan dan produk-produk terkait dari Vietnam.