Gorontalo (ANTARA) - Pengamat masalah Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) perlu bertindak cepat untuk mencegah makin meluasnya Islamofobia yag mengarah kebencian terhadap Islam.
"Islamofobia menjadi masalah dunia yang mulai mengkhawatirkan," ujar Yon Machmudi saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu.
Karena itu, menurut Yon, pertemuan darurat tingkat menteri OKI yang digagas Turki untuk menanggapi aksi terorisme di Selandia Baru sangat positif karena secara cepat merespon persoalan-persoalan dunia Islam.
"OKI di bawah kepemimpinan Turki memang lebih progesif dan responsif dalam menyelesaikan isu-isu dunia Islam," ujar dia.
Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Darurat OKI yang bertajuk "OIC Open Ended Executive Committee Emergency Ministerial Meeting On The Recent Terrorist Attack Against Two Mosques In New Zealand And Countering Hatred Against Muslims" itu diselenggarakan di Istanbul, Turki pada Jumat (22/3).
Dalam pertemuan darurat tersebut, negara-negara anggota OKI, termasuk Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, bersatu mengecam serangan teror yang terjadi pada Jumat (15/3) di dua masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru yang menewaskan 50 orang dan membuat puluhan orang lainnya luka-luka.
Menurut Yon, langkah kongkret OKI diperlukan karena sikap anti-Islam tidak lagi terbatas pada ujaran kebencian dalam lisan dan tulisan, tetapi sudah mulai terorganisasi dan berkembang menjadi aksi terorisme. Sehingga, Islamofobia tidak hanya mengancam umat Islam, tetapi juga dapat merusak perdamaian dan peradaban dunia secara umum.
"Selama ini Islamofobia dikembangkan melalui gerakan radikal supremasi kulit putih Eropa melalui kampanye anti-imigran," kata dia.
Model gerakan ultranasionalis ini, lanjut Yon, sudah mewabah di Amerika, Australia dan Uni Eropa, sehingga perlu kesadaran dunia untuk mewaspadai gerakan anti-Muslim ini.