"Israel meluncurkan lebih dari 15 roket ke lembaga pendidikan tempat menghafal Al Quran Cabang Gaza itu," kata Abdillah Onim, dalam keterangannya kepada ANTARA, dari Gaza City, Palestina, Minggu.
Sejak 8 Juli lalu, Israel
mengerahkan militernya menggempur pemukiman warga sipil Palestina, yang
penduduknya menjadi pemeluk agama-agama besar dunia, di antaranya
Kristen dan Islam.
Onim adalah relawan Indonesia yang menetap di Jalur Gaza. Dia saat ini menjabat Ketua Cabang Daqu di Gaza City dan mendirikan Graha Tahfidz, selain juga menjadi koresponden salah satu stasiun televisi swasta Indonesia.
Graha Tahfidz, selain menjadi tempat tinggalnya, juga menjadi tempat untuk mendidik anak-anak menghafal Al Quran. Dia memasang bendera Merah Putih berukuran 2 meter di satu tiang yang dipasang di lantai atas gedung itu.
"Mereka (Israel) tak peduli apakah ada WNI atau bendera Indonesia, dan tetap mereka serang," katanya.
Laporan kantor berita transnasional terbaru, Minggu, menyebutkan, lebih dari 1.633 orang Palestina telah meninggal dan 8.800 lagi cedera sejak Israel melancarkan agresi militer ke Jalur Gaza Selasa, 8 Juli 2014.
Dalam konflik itu Israel kehilangan 61 tentara dan tiga warga sipil, termasuk seorang warga negara Thailand.
Onim menyebutkan, roket Israel juga menghantam RS Syifa di Gaza City, yang menewaskan seorang bayi berusia satu bulan.
Bahkan, kebrutalan Israel juga ditunjukkan dengan "menghujani" taman bermain anak-anak di Gaza City yang saat itu penuhi anak-anak sedang bermain dengan memakai baju baru.
Akibat kebrutalan Israel tersebut 10 anak-anak meninggal dengan tubuh tercabik-cabit dan tidak utuh lagi.
Kediaman mantan Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah, tidak luput dari serangan roket yang ditembakkan dari jet F16 milik Israel.
Israel juga menyerang satu-satunya pusat pembangkit listrik Palestina di Gaza.
Onim mengatakan seharusnya perang itu antara militer berhadapan dengan militer.
"Jadi, bukan militer Israel malah membantai warga sipil, anak-anak, wanita, fasilitas umum seperti sekolah, masjid, rumah sakit," katanya.
Onim adalah relawan Indonesia yang menetap di Jalur Gaza. Dia saat ini menjabat Ketua Cabang Daqu di Gaza City dan mendirikan Graha Tahfidz, selain juga menjadi koresponden salah satu stasiun televisi swasta Indonesia.
Graha Tahfidz, selain menjadi tempat tinggalnya, juga menjadi tempat untuk mendidik anak-anak menghafal Al Quran. Dia memasang bendera Merah Putih berukuran 2 meter di satu tiang yang dipasang di lantai atas gedung itu.
"Mereka (Israel) tak peduli apakah ada WNI atau bendera Indonesia, dan tetap mereka serang," katanya.
Laporan kantor berita transnasional terbaru, Minggu, menyebutkan, lebih dari 1.633 orang Palestina telah meninggal dan 8.800 lagi cedera sejak Israel melancarkan agresi militer ke Jalur Gaza Selasa, 8 Juli 2014.
Dalam konflik itu Israel kehilangan 61 tentara dan tiga warga sipil, termasuk seorang warga negara Thailand.
Onim menyebutkan, roket Israel juga menghantam RS Syifa di Gaza City, yang menewaskan seorang bayi berusia satu bulan.
Bahkan, kebrutalan Israel juga ditunjukkan dengan "menghujani" taman bermain anak-anak di Gaza City yang saat itu penuhi anak-anak sedang bermain dengan memakai baju baru.
Akibat kebrutalan Israel tersebut 10 anak-anak meninggal dengan tubuh tercabik-cabit dan tidak utuh lagi.
Kediaman mantan Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah, tidak luput dari serangan roket yang ditembakkan dari jet F16 milik Israel.
Israel juga menyerang satu-satunya pusat pembangkit listrik Palestina di Gaza.
Onim mengatakan seharusnya perang itu antara militer berhadapan dengan militer.
"Jadi, bukan militer Israel malah membantai warga sipil, anak-anak, wanita, fasilitas umum seperti sekolah, masjid, rumah sakit," katanya.
Ia juga heran dengan negara-negara tetangga, terutama negara Arab
yang belum terpanggil membantu saudara mereka sesuku dan sejazirah yaitu
Jazirah Arab.
Negara-negara lain yang mengaku anti Amerika Serikat dan Israel disebutnya malah menunduk tidak mau tahu.
"Yang sangat getol membantu Gaza adalah Turki, Qatar, dan Aljazair, sedangkan negara-negara lain hanya pencitraan saja," kata dia.
Negara-negara lain yang mengaku anti Amerika Serikat dan Israel disebutnya malah menunduk tidak mau tahu.
"Yang sangat getol membantu Gaza adalah Turki, Qatar, dan Aljazair, sedangkan negara-negara lain hanya pencitraan saja," kata dia.