Luwuk (ANTARA) - Aktivitas warga Kota Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, pada Sabtu pagi, kembali normal pascagempa bermagnitudo 6,9 pada Jumat (12/4) malam.
Para pedagang Pasar Simpong yang berada di tepi pantai beraktivitas sebagaimana biasanya, demikian pula dengan sejumlah sekolah tetap melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Hanya saja, beberapa siswa dilaporkan tidak masuk sekolah, seperti yang terjadi di SMPN 2 Luwuk.
"Proses belajar mengajar masih tetap jalan. Memang ada sekitar 10 siswa yang tidak masuk hari ini. Mungkin mengantuk karena semalam begadang. Ini sudah sepi karena, tadi ujian makanya siswa cepat pulang," kata seorang guru yang duduk di meja piket.
Ribuan warga yang sempat mengungsi ke pegunungan dan kantor-kantor pemerintah yang terletak di ketinggian, kini telah kembali ke rumah masing-masing.
Hingga saat ini, belum ada rilis resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait kerusakan atau dampak lainnya pascabencana.
Kepala BPBD Banggai Rensly Saadjad saat dikonfirmasi belum memberikan jawaban terkait dampak gempa.
Namun dari pantauan dalam Kota Luwuk, tidak terlihat adanya kerusakan di sejumlah bangunan perkantoran, swasta maupun perumahan warga. Hanya salah satu kaca di 'Fun Station' arena bermain anak yang terlihat pecah.
Kabar lainnya yang belum terkonfirmasi menyebutkan di wilayah Kecamatan Moilong terdapat satu rumah warga yang temboknya roboh.
Kapolres Banggai, AKBP Moch Sholeh mengemukakan pihaknya masih terus berpatroli dan berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Banggai untuk mengidentifikasi dampak gempa 6,9 SR.
"Kami masih terus update, anggota saya juga sementara turun untuk mendata. Semoga saja tidak ada kerusakan dan korban jiwa," ujarnya.
Warga Banggai, Sulawesi Tengah, dikagetkan guncangan kuat gempa dengan magnitudo 6,9 skala richter pada Jumat, 12 April 2019, tepatnya pada pukul 19.40 Wita. Pusat gempa berada di 1,90 Lintang Selatan dan 122,54 Bujur Timur dengan kedalaman gempa berada pada 10 kilometer.
Menurut BMKG, dilihat dari episenter dan kedalaman hiposenternya merupakan jenis gempa dangkal dan berpotensi tsunami itu terjadi akibat aktivitas sesar aktif.
"Ada dugaan bahwa struktur sesar yang menjadi pembangkit gempa ini adalah Sesar Peleng yang jalurnya berarah baratdaya-timutlaut di Pulau Peleng dan menerus ke Teluk Tolo," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Hingga pukul 23.50 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan terjadinya aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 43 kali dengan kekuatan paling besar magnitudo 5,6 dan terkecil magnitudo 3,4.
Aktifitas warga Kota Luwuk Sulteng normal pascagempa
Sabtu, 13 April 2019 12:16 WIB