Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis ini diprediksi cenderung melemah seiring semakin memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Hingga pukul 10.15 WIB, rupiah telah melemah 58 poin menjadi Rp14.353 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya Rp14.295 per dolar AS.
"Rupiah masih kecenderungan buat melemah. Seperti biasa, trade war ini memang merugikan negara-negara emerging market," kata analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan keterangan Kantor Perwakilan Dagang AS (US Trade Representative) pada Rabu (8/5) malam, tarif impor dinaikkan dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap produk China ke AS senilai 200 miliar dolar AS dan akan berlaku mulai 10 Mei 2019 besok.
Menurut Dini, Presiden AS Donald Trump tidak ambil pusing jika perang dagang terus berlanjut dan bersikeras agar China tidak melakukan hal-hal yang dianggap bisa merugikan AS.
Selain itu pelemahan rupiah juga akan dipicu kekhawatiran tertekannya defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD), yang datanya akan dirilis oleh Bank Indonesia hari ini.
"CAD kita juga kan mengkhawatirkan, soalnya harga minyak dunia lagi menguat tajam. Itu yang bisa mengancam CAD," ujar Dini.
Kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis sendiri menunjukkan, kurs rupiah melemah menjadi Rp14.338 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.305 per dolar AS.
Rupiah diprediksi cenderung melemah seiring panasnya perang dagang
Kamis, 9 Mei 2019 13:12 WIB