Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada awal pekan, melemah di tengah aksi saling balas (retaliasi) perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pada pukul 10.44 WIB, rupiah bergerak melemah 29 poin atau 0,2 persen menjadi Rp14.223 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.194 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin, mengatakan, pasar global terkoreksi karena khawatir akan dampak perang dagang antara AS dan China yang kembali memanas.
"Tampaknya proses ‘retaliation' terus berlangsung. Bahkan Goldman Sachs memperkirakan tensi perang dagang AS-China ini menambah probabilitas ekonomi dunia menjadi resesi dan memperkirakan kesepakatan dagang belum akan selesai di tahun 2020 sebelum pemilihan presiden AS November 2020," ujar Lana.
Pada perdagangan Jumat (9/11) kemarin, pasar global utama kompak turun dengan tensi perang dagang antara AS-China yang semakin tegang. Pemerintah AS menahan ijin perusahaan AS yang bekerjasama dengan perusahaan teknologi terbesar China Huawei sebagai balasan atas keputusan Beijing untuk memutus sementara pembelian produk pertanian AS.
Dari domestik, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II tercatat defisit sebesar 1,98 miliar dolar AS. Defisit tersebut karena surplus neraca modal dan finansial sebesar 7,05 miliar dolar AS tidak cukup untuk menutup defisit transaksi berjalan (CAD) yang sebesar 8,44 miliar dolar AS.
"Sesuai siklus, ada potensi pada triwulan selanjutnya CAD akan meningkat," ujar Lana.
Lana memperkirakan rupiah hari ini akan menguat di kisaran Rp14.150 per dolar AS hingga Rp14.180 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.220 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.195 per dolar AS.
Rupiah awal pekan melemah di tengah retaliasi perang dagang
Senin, 12 Agustus 2019 12:44 WIB