Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo Eko Marsoro mengatakan pada Maret 2017 mengalami kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 123,74 menjadi 123,79, yang menyebabkan inflasi sebesar 0,04 persen.
Menurutnya inflasi Kota Gorontalo terjadi karena adanya kenaikan atau inflasi pada lima kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,18 persen, kata Eko Marsoro, Senin.
Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik sebesar 0,22 persen, kelompok sandang sebesar 0,39 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,38 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,18 persen.
Kelompok yang mengalami penurunan atau deflasi yaitu kelompok bahan makanan sebesar -0,35 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,24 persen.
Laju inflasi tahun kalender sebesar 1,65 persen dan laju inflasi "year on year" (Maret 2017 terhadap Maret 2016) sebesar 2,73 persen.
Inflasi inti Bulan Maret di Kota Gorontalo sebesar 0,12 persen, inflasi yang diatur pemerintah sebesar 0,38 persen, dan inflasi bergejolak sebesar -0,43 persen.
Lima komoditas tertinggi penyumbang inflasi Bulan Maret 2017 di Provinsi Gorontalo adalah tomat sayur, tarif listrik, biskuit, rokok kretek filter, dan ikan nike.
Sedangkan lima komoditas tertinggi penyumbang deflasi Bulan Maret 2017 di Provinsi Gorontalo adalah komoditas ikan selar/tude, ikan laying/benggol, minuman kesegaran,angkutan udara, dan daging ayam ras.
Dari 82 kota inflasi di Indonesia, 33 kota mengalami inflasi dan 49 kota mengalami deflasi.
Inflasi bulanan tertinggi pada Maret 2017 terjadi di Kota Merauke sebesar 1,24 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Tembilahan dan Kota Banjarmasin sebesar 0,01 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar -1,49 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Padang dan Kota Purwokerto sebesar -0,01 persen. Kota Gorontalo menempati urutan inflasi yang ke-28.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
Menurutnya inflasi Kota Gorontalo terjadi karena adanya kenaikan atau inflasi pada lima kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,18 persen, kata Eko Marsoro, Senin.
Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik sebesar 0,22 persen, kelompok sandang sebesar 0,39 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,38 persen, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,18 persen.
Kelompok yang mengalami penurunan atau deflasi yaitu kelompok bahan makanan sebesar -0,35 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,24 persen.
Laju inflasi tahun kalender sebesar 1,65 persen dan laju inflasi "year on year" (Maret 2017 terhadap Maret 2016) sebesar 2,73 persen.
Inflasi inti Bulan Maret di Kota Gorontalo sebesar 0,12 persen, inflasi yang diatur pemerintah sebesar 0,38 persen, dan inflasi bergejolak sebesar -0,43 persen.
Lima komoditas tertinggi penyumbang inflasi Bulan Maret 2017 di Provinsi Gorontalo adalah tomat sayur, tarif listrik, biskuit, rokok kretek filter, dan ikan nike.
Sedangkan lima komoditas tertinggi penyumbang deflasi Bulan Maret 2017 di Provinsi Gorontalo adalah komoditas ikan selar/tude, ikan laying/benggol, minuman kesegaran,angkutan udara, dan daging ayam ras.
Dari 82 kota inflasi di Indonesia, 33 kota mengalami inflasi dan 49 kota mengalami deflasi.
Inflasi bulanan tertinggi pada Maret 2017 terjadi di Kota Merauke sebesar 1,24 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Tembilahan dan Kota Banjarmasin sebesar 0,01 persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar -1,49 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Padang dan Kota Purwokerto sebesar -0,01 persen. Kota Gorontalo menempati urutan inflasi yang ke-28.
Editor : Hence Paat
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017