Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan rencana kebijakan normal baru membuka kembali peluang peningkatan kepercayaan para investor kepada Indonesia di tengah masa pandemi COVID-19.
"Adanya new normal ini membuka peluang lebih besar untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar di Indonesia. Walaupun demikian, pemerintah tetap perlu mempersiapkan segala kelengkapan yang dibutuhkan untuk new normal dengan matang," kata Pingkan dalam diskusi virtual di Jakarta, Kamis.
Beberapa faktor, lanjut Pingkan, yang memungkinkan ini terjadi ialah intervensi pemerintah melalui Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah serta stimulus fiskal dua bulan terakhir, rendahnya defisit Current Account Deficit (CAD) selama pandemi, serta arus modal yang masuk.
Setelah dua bulan terakhir pemerintah memberlakukan PSBB di sejumlah daerah di Indonesia untuk menghambat laju penyebaran COVID-19, kini pemerintah sedang gencar-gencarnya mengeksplorasi dan mempersiapkan kebijakan baru dalam menyikapi pandemi ini.
Ia menjelaskan, Presiden menggaungkan kebijakan baru yang disebut new normal sebagai pola hidup baru di tengah masyarakat yang tentunya tidak lepas dari upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini dalam menangani penyebaran COVID-19. Perubahan perilaku ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas, tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan virus.
“Yang jadi pertanyaan masyarakat selanjutnya adalah apakah pemerintah pusat dan daerah sudah siap untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut? Bagaimana dengan pergerakan kasus COVID-19 yang masih tergolong dinamis dengan angka kasus terkonfirmasi masih terus bertambah setiap hari?,” urai Pingkan.
Menurut dia, hal ini menunjukkan ada kesadaran di tengah masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Tentu saja, langkah yang sudah ditempuh selama dua bulan terakhir perlu terus ditingkatkan dan dibenahi seiring dengan eksplorasi kebijakan persiapan menuju new normal diimplementasikan di Indonesia.
Pemberlakuan skenario new normal ditanggapi pasar secara positif. Hal ini terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian menguat dua minggu terakhir. Pada perdagangan bursa per 3 Juni 2020 investor asing kembali mencatatkan aksi beli bersih sebanyak Rp 69 miliar di pasar reguler. Sedangkan pada perdagangan 2 Juni 2020, IHSG ditutup menguat 1,98 persen atau 93,89 poin ke level 4.847,5. Penutupan IHSG pada perdagangan hari ini yang tercatat mencapai Rp 871,71 miliar. Adapun volume transaksinya mencapai 9,79 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 11,99 triliun.
Seiring dengan IHSG, nilai rupiah pada kurs tengah BI (kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/JISDOR) berada di level Rp 14.245. Ini menandakan rupiah menguat sebesar 1,77 persen dibandingkan angka kemarin. Tercatat, angka ini juga merupakan posisi terbaik rupiah sejak 5 Maret 2020. Sepanjang bulan Maret yang lalu rupiah mengalami pelemahan tajam sebesar -14,31 persen terhadap dolar AS. Hal ini menunjukkan ada technical rebound.