Jakarta (ANTARA) - Gitaris band SLANK Ridho Hafiedz akhirnya merilis album solonya bertajuk "LEGACY", yang terinspirasi dan ditujukan untuk kampung halamannya di Ambon, Maluku.
"Kota Ambon dan Maluku selalu memunculkan rasa sentimentil, romansa, manis sekaligus getir yang ada di kumpulan memori," kata Ridho melalui keterangannya yang diterima ANTARA, Kamis.
Ia menggarap album itu bersama maestro steel guitar tiga zaman, Bing Leiwakabessy (97). Sosok Bing menjadi inspirasi Ridho untuk segera menuntaskan proyek album digital itu.
"Melihat Opa Bing bermain tanpa beban, menjadikan musik begitu murni sebagai sumber kebahagiaan. Ini yang membuat gue yakin musik bisa menyatukan dua hal yang berbeda menjadi satu yang indah dan jujur," imbuhnya
Sementara itu, pemilihan "LEGACY" sendiri disematkan Ridho sebagai nama album agar karyanya menjadi warisan untuk Maluku.
"Kami berdua cinta Maluku. Kami bersaudara meskipun entitas kami berbeda. Kami berdua beda generasi tapi kami sepakat untuk merawat ingatan tentang siapa kami lewat musik dan lewat lagu-lagu berbahasa Maluku yang sudah ada sejak dulu. Untuk meringkas Maluku dan album ini, hanya ada satu kata yang pas yaitu 'LEGACY'," jelasnya.
"Karena yang gue paham musik, karena itu diplomasi musik gue rasa paling cocok untuk menyatukan kami," tambahnya.
Sudah masuk dapur rekaman pada 2013-2016, Ridho sangat bersyukur album ini akhirnya dapat dirilis. Selain Opa Bing, Ridho Hafiedz menggandeng musisi pendukung lainnya dalam album ini, yaitu Nanda Aulia, Leo Maitimu, Rival Himran, Eric My, Yowie dan Gatut.
Untuk foto album, Ridho berterima kasih kepada sahabat dan juga gurunya dalam seni dan foto, Jay Subyakto. Sedangkan desain album digarap oleh Andi Ari Setiadi.
"LEGACY" memiliki sebanyak 10 lagu yang dapat dinikmati di berbagai layanan musik digital.
"Basudara, terima lah persembahan kami, kado Natal di tahun 2020. Maluku selalu di hati. Mena!” pungkas Ridho.