Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Si ramping Google nanti akan hanya sebagai anak
perusahaan terbesar dari sebuah perusahaan induk bernama Alphabet.
"Google telah mati. Hidup Alphabet," tulis harian Inggris, The Guardian, dalam lamannya, hari ini.
Google,
Senin waktu Amerika Serikat, mengumumkan akan merebranding namanya
menjadi Alphabet yang akan menjadi perusahaan induk di mana Google
menjadi anak perusahaan terbesarnya.
Dalam sebuah posting blognya
yang mengejutkan setelah pasar saham AS ditutup, Larry Page, pendiri
Google, mengatakan Alphabet akan mengepalai beberapa perusahaan di mana
Google sebagai yang terbesar.
Alamat situsnya sendiri menolak kelaziman, https://abc.xyz/.
"Sebagaimana
Sergey (Brin, juga pendiri Google) dan saya telah tulis dalam surat
dari para pendiri 11 tahun silam, 'Google bukanlah perusahaan
konvensional. Kami tak berniat menjadi perusahaan pada umumnya'", tulis
Page.
"Sebagai bagian dari itu, kami juga mengatakan bahwa Anda
bisa mengharapkan kami 'tak terlalu berjudi pada wilayah-wilayah yang
mungkin sangat spekulatif atau bahkan aneh saat dibandingkan dengan
bisnis kami saat ini'. Sejak awal, kami selalu berusaha berbuat lebih,
dan melakukan hal-hal penting dan bermakna dengan sumber daya yang kami
miliki."
Semua saham Google otomatis akan dikonversi menjadi
saham Alphabet yang akan terus diperdagangkan dalam kode transaksi saham
GOOG dan GOOGL. Harga saham Google sendiri merangsek 5 persen.
Struktur
baru ini disebut mirip dengan Berkshire Hathaway milik konglomerat AS
yang juga orang terkaya di dunia, Warren Buffett, yang seluruhnya
dimiliki beragam perusahaan induk dan saling memiliki saham.
Page akan menjadi CEO Alphabet, Brin menjadi presidennya, dan Eric Schmidt akan menjadi pemimpin eksekutif Alphabet.
Ruth
Porat akan menjadi CFO-nya dan David C. Drummond akan menjadi chief
legal officer-nya, sedangkan Chief business officer Omid Kordistani akan
mundur guna menjadi "penasihat Alphabet dan Google.".
Page,
Brin, Schmidt dan Drummond akan meninggalkan Google, sedangkan Porat
akan tetap menjadi CFO, dan Sundar Pichai menjadi CEO Google.
Perusahaan
teknologi tinggi ini memang berada di bawah tekanan karena para pendiri
memanfaatkan keberhasilan luar biasa mesin pencarinya untuk bertaruh
pada mobil swatantra, alat-alat rumah tangga cerdas, balon pengantar
internet, dan riset terdepan dalam dunia medis.
Namun langkah itu membuat investor menjadi memiliki wawasan lebih dalam bagaimana uang dibelanjakan.
Colin
Gillis, analis teknologi pada BGC Partners, mengatakan langkah itu akan
membuat investor bisa menaksir bisnis utama Google dengan lebih terang
di samping membuat Google lebih terbuka dalam menggambarkan asset-asset
lainnya.
"Langkah ini membuat orang mendapatkan gambaran lebih benar mengenai bentuk dan kekhususan operasi utama Google," kata dia.
Gillis
juga memuji keputusan Google menunjuk Pichai, bintang baru di Lembah
Silikon. "Perasaan saya adalah ini orang yang tepat," sambung dia.
Sebaliknya, beberapa analis menanggapi skeptis langkah Google ini, termasuk analis Pivotal Research Brian Wieser.
Wieser
menilai ada banyak lubang besar yang tersembunyi dari pantauan investor
Google, antara lain Google Display Networks yang ditaksir Wieser
mengelola dana 5 miliar dolar AS.
Wieser juga menilai harus
diperhatikan pula apakah Google akan terus berkata kepada pemegang saham
tentang laba ketika saat bersamaan laba itu mengalir ke sejumlah segmen
bisnis besar, demikian The Guardian.
Google salin rupa jadi Alphabet
Selasa, 11 Agustus 2015 12:28 WIB