Beijing (ANTARA GORONTALO) - Kepala Kepolisian RI Jenderal Pol Badrodin Haiti
mengatakan terdapat lima warga Uyghur, Xinjiang, Tiongkok, yang diduga
terlibat jaringan teroris kelompok Santoso, di Sulawesi Tengah.
"Mereka kini masih buron, di Sulawesi Tengah," katanya, kepada
Antara di Beijing, Jumat malam, usai penutupan pertemuan/dialog tingkat
Menteri ASEAN-Tiongkok, bidang kerja sama keamanan dan hukum.
Ia menuturkan, beberapa warga Uyghur lainnya sudah ditangkap dan
menjalani vonis hukumannya. "Sedang lainnya, sekitar lima orang masih
buron. Diperkirakan jumlahnya masih bisa bertambah" ungkap Jenderal
Badrodin.
Kapolri mengemukakan,"kerja sama antiterrorisme antara Indonesia
dan Tiongkok, telah berjalan baik, sebagai bagian dari nota kesepakatan
kerja sama kepolisian kedua negara".
"Kami bersepakat untuk memperpanjang nota kesepakatan kerja sama
kepolisian kedua negara, yang telah berakhir batas waktunya pada 2009.
Dengan kerangka kerja sama tersebut, maka kerja sama antiterorisme dapat
ditingkatkan serta diperluas," ujar Jenderal Badrodin.
Dalam rancangan perpanjangan nota kesepahaman kepolisian antara
Indonesia-Tiongkok, Indonesia memasukkan materi kerja sama tidak saja
tentang kejahatan lintas batas, tetapi juga tentang korupsi, penambangan
ilegal, kejahatan dunia maya, serta perdagangan manusia.
Data BNPT mengemukakan para teroris asal Xinjiang, termasuk
jaringan teroris internasional yang bermain di Poso, Sulawesi Tengah.
Mereka menggunakan jalur imigrasi melalui Myanmar, Thailand
Selatan, dan Malaysia selanjutnya menggunakan paspor Turki masuk wilayah
wilayah Indonesia diawali dengan Medan, dengan dalih mencari suaka.
Kapolri: lima warga Xinjiang terlibat jaringan Santoso
Sabtu, 24 Oktober 2015 11:05 WIB