Gorontalo (ANTARA) - Para transmigran yang menempati Kawasan Satuan Permukiman (SP) tiga di Desa Saritani Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo, meningkatkan perekonomian dengan menanam tanaman tahunan.
Perempuan asal Jawa yang sudah lima tahun hidup di Gorontalo, Maryatun, Selasa mengaku sangat bersyukur memiliki tanaman buah saat musim kering melanda wilayahnya.
Lahan yang diberi pemerintah yang biasa ditanami jagung, kini tidak dapat lagi ditanami, sehingga masyarakat terbantu dengan hasil budidaya buah naga, kopi, dan tanaman keras lainnya.
"Buah naga satu kilogram kami jual dengan harga Rp9 ribu, alhamdulillah kami masih diberi rezeki di
musim kemarau panjang ini," kata Maryatun.
Selain penghasilan dari buah naga yang ditanam di ladangnya, ia juga mengaku mendapat penghasilan dari menjual getuk ubi.
Ia mengatakan sangat bersyukur menanam ubi di ladang sehingga saat paceklik seperti saat ini, masih ada harapan mendapat penghasilan dari berjualan getuk.
"Setiap hari kami membuat getuk dan menjualnya.
Ladang yang mengering beberapa bulan ini tidak bisa ditanami apa-apa. Untungnya masih punya ubi," katanya.
Buah naga yang ditanam di sekitar rumahnya bisa dipanen setiap bulan. Meski tidak banyak namun sangat berarti bagi keluarganya.
Sama halnya dengan komoditas kopi di SP3 yang sudah menampakkan hasil.
"Seluruh ladang saya tanami kopi setelah belajar dari berbagai daerah di Lampung dan Jawa," kata petani Kopi di SP3, Irfan Abusari.
Ia memastikan kopi yang dihasilkan adalah kopi organik, tidak menggunakan pupuk buatan atau pestisida dalam proses pengelolaannya.
Irfan mengaku tidak sulit memasarkan biji kopinya karena sudah punya langganan yang rutin membeli.
"Produk biji kopi yang dihasilkan sangat menopang perekonomian keluarga," katanya.***