Jakarta (ANTARA GORONTALO) - 10 WNI
anak buah kapal yang telah bebas dari penyanderaan kelompok teroris
pimpinan Abu Sayyaf, di Filipina selatan, telah mendarat di Bandar Udara
Halim Perdanakusuma, Jakarta, sekitar pukul 23.30 WIB, Minggu.
Ini
mengakhiri 36 hari penyergapan mereka di laut perairan Filipina
selatan, berujung pada penyanderaan mereka. Kelompok penculik menuntut
tebusan Rp14 miliar atau mereka dibunuh.
Sebelumnya, secara terpisah, Kepala
Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin,
dalam pesan singkatnya kepada wartawan, di Jakarta, Minggu, menyebutkan
hal itu.
"Pesawat yang membawa 10 ABK WNI diperkirakan mendarat pukul 23.10 WIB di Halim Perdanakusuma," sebut Machmudin.
Tidak
dirinci tipe dan jenis pesawat terbang yang akan menerbangkan mereka,
yang telah ditawan kelompok abu Sayyaf sejak 27 Maret lalu, dalam
pelayaran memakai kapal tunda dan kapal tongkang.
Menteri
Luar Negeri, Retno Marsudi, kepada pers, di Istana Bogor, Minggu, juga
menyatakan, pembebasan ke-10 WNI pelaut itu berkat jaringan formal dan
informal, pun juga diplomasi pada segala aspek terkait.
Sementara
itu, masih ada empat WNI pelaut yang masih dalam penyanderaan di
Filipina selatan. Tentang ini, Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo, menyatakan, tetap menggelar operasi intelijen untuk
membebaskan mereka.
Konstitusi Filipina
melarang pelibatan apalagi penggelaran militer mancanegara dalam
kerangka operasi militer untuk kepentingan negara itu di seluruh wilayah
Filipina. Padahal TNI menyatakan sejak beberapa bulan lalu siap
membebaskan mereka dari cengkeraman kelompok Abu Sayyaf.