Makkah (ANTARA) - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengintensifkan kesiapan teknis dan operasional jelang puncak haji di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Kepala Satuan Operasi Armuzna PPIH Harun Arrasyid menegaskan berbagai simulasi dan pemetaan lokasi telah dilakukan guna memastikan jamaah calon haji Indonesia dapat menjalankan rangkaian ibadah dengan aman dan tertib.
"Ini kami lakukan menjelang malam 1 Dzulhijah. Kami berada di Mina untuk melakukan pengecekan pos-pos strategis, termasuk pos pengawasan di lantai tiga tempat jamaah akan melontar jumrah," ujar Harun di Makkah, Rabu.
Menurutnya, simulasi dilakukan malam hari karena kondisi cuaca yang lebih bersahabat memungkinkan petugas memahami tantangan nyata yang akan dihadapi saat malam puncak pada 10 Dzulhijah.
Sebanyak 60 petugas MCR disiagakan khusus di lantai atas area Jamarat, yang dibagi ke dalam lima pos dengan sistem kerja bergantian. Namun pada malam puncak, seluruh petugas akan siaga penuh tanpa pergantian shift.
"Lantai atas punya tantangan tersendiri, lebih padat dan rawan karena aliran jamaah dari Mina menuju Jumrah Aqabah pada tanggal 10 itu sangat besar," kata Harun.
Guna mengantisipasi potensi kepadatan dan kondisi darurat, PPIH juga menyiapkan mekanisme evakuasi berlapis di dalam terowongan dan titik rawan lainnya.
Jamaah yang kelelahan atau terpisah dari rombongan akan langsung mendapat pertolongan di pos istirahat terdekat yang telah dilengkapi kursi roda dan akses cepat ke ambulans, termasuk kerja sama dengan layanan kesehatan dari otoritas Arab Saudi.
Tahun ini PPIH juga memperkuat pos pantau di lantai bawah seiring dengan diterapkannya Program Tanazul.
"Ada 95 kloter yang potensial melontar jumrah dari lantai bawah. Maka kami tambah tujuh pos pantau baru dari arah Syisyah ke sektor 5,” kata Harun.
Selain penguatan personel, dukungan teknis dan layanan juga meningkat. Tahun ini, kata Harun, ada tambahan dari layanan lansia dan disabilitas, selain tim perlindungan jamaah, tim PKP2JH (penanganan krisis dan pertolongan pertama pada jamaah haji), dan layanan bimbingan ibadah.
"Ini membuat pelayanan kita semakin inklusif,” kata dia.
Dengan waktu tersisa sekitar tujuh hari menuju puncak wukuf di Arafah yang diperkirakan jatuh pada Kamis 5 Juni 2025, PPIH terus menggencarkan sosialisasi kepada petugas kloter, non-kloter, dan seluruh sektor.
"Kami lakukan pembekalan intensif kepada Satgas Arafah, Muzdalifah, dan Mina, termasuk kepada ketua-ketua kloter agar informasi sampai langsung ke jamaah," kata dia.
Harun mengakui evakuasi di jalur terowongan juga telah dipetakan secara detail. Karena tidak memungkinkan putar balik di dalam terowongan, skenario estafet pertolongan telah disiapkan dari satu pos ke pos lain hingga ke area ambulans.
"Ini penting, karena kerawanan di atas berbeda dengan di bawah. Kita harus siap siaga setiap saat," katanya.
Dengan strategi yang matang, kolaborasi antar-lini, dan kesiapsiagaan petugas, PPIH berharap puncak ibadah haji tahun ini dapat berlangsung dengan lancar, aman, dan penuh keberkahan.
"Insya Allah, semua sudah disiapkan. Semoga jamaah haji Indonesia dapat menunaikan ibadahnya dengan khusyuk dan kembali ke Tanah Air dalam keadaan sehat dan mabrur," kata Harun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kesiapan operasional PPIH diintensifkan jelang puncak haji