Gorontalo (ANTARA) - Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) melaksanakan perayaan World Migratory Bird Day (WMBD) tahun 2025 melalui pengamatan burung di Danau Limboto, Minggu (8/6/2025).
Dalam kegiatan ini BIOTA mengajak para pihak untuk merencanakan dan menciptakan kondisi perkotaan dan perdesaan yang menyediakan habitat dan ramah terhadap burung, sebuah upaya koeksistensi yang sehat antara manusia dan satwa liar dalam berbagi ruang kehidupan yang harmoni.
“Kawasan perkotaan dan perdesaan terus berkembang, dalam pengelolaan tata ruang dan wilayah ini dibutuhkan perencanaan untuk menyediaan ruang kehidupan manusia dan satwa liar yang harmoni, termasuk burung bermigrasi,” kata Sekretaris BIOTA, Rosyid Azhar.
Rosyid menyontohkan perlunya membangun hutan kota atau ruang terbuka hijau yang dikelola secara baik, kawasan ini menjadi mencari makan, beristirahat bahkan menjadi lokasi berbiak burung.
Selain itu juga perlunya menanam pohon di sekitar gedung perkantoran dan perumahan.
Hutan kota dan ruang terbuka hijau memproduksi oksigen sepanjang tahun, menyehatkan iklim mikro, mereduksi polusi dan menurunkan suhu panas, hingga dapat ditingkatkan menjadi lokasi wisata, bahkan penelitian.
Menurutnya kawasan hijau ini juga menjadi bagian dari penciptaan dan adaptasi lingkungan, yang mendukung migrasi burung di semua daerah, kota besar, kota kecil, hingga kawasan seperti Danau Limboto.
Parapihak terutama pemerintah dan korporasi bisa betindak untuk melindungi ruang kehidupan bersama ini, termasuk berdampingan dengan hidupan satwa liar.
"Penciptaan lingkungan seperti ini sangat penting dan dibutuhkan burung bermigrasi yang menghadapi tantangan dalam perjalanan panjangnya. Tantangan ini terutama oleh aktivitas manusia dan pengembangan pembangunan di perkotaan," katanya.
Melalui perayaan WMBD ini BIOTA mendorong adanya perencanaan perkotaan yang strategis dan upaya konservasi yang menggabungkan praktik ramah burung, memastikan setiap wilayah menjadi surga bagi para burung pengelana ini.
BIOTA berharap mampu mendorong tindakan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan individu untuk memainkan peran penting dalam mendukung migrasi burung melalui perencanaan wilayah yang baik.
Dengan mengadopsi praktik baik ramah burung bermigrasi seperti menciptakan habitat yang sehat, mengurangi polusi, hingga mencegah burung menabrak jendela kaca dan bangunan lainnya, masyarakat dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kesejahteraan burung bermigrasi.
Anggota BIOTA lainnya Danny Rogi mengatakan pengembangan tata ruang dan wilayah perkotaan dan lingkungan buatan jika tidak dikelola secara baik akan menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap burung, yang menyebabkan hilangnya habitat dan meningkatkan risiko seperti menabrak bangunan atau kaca.
Perencanaan pembangunan perkotaan yang baik dan berkelanjutan juga akan mencegah rusaknya habitat burung.
Ia menambahkan, para pemangku kepentingan dapat melindungi burung dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya burung bagi kesehatan bumi dan ekosistemnya.
“Menghadirkan lingkungan alami di perkotaan dapat mengurangi dampak negatif urbanisasi terhadap keanekaragaman hayati,” ujarnya.
Dalam perayaan WMBD ini BIOTA berkolaborasi dengan Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) atau Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia Simpul Gorontalo dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo.
BIOTA memilih Danau Limboto sebagai lokasi pengamatan karena merupakan salah satu titik persinggahan burung bermigrasi, serta terletak di dua wilayah yakni Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo.