Gorontalo (ANTARA) - Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pada pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Desa Piloliyanga dan Desa Hungayonaa, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo memastikan telah tampil bersih dan sesuai standar.
"Kami memonitor dapur SPPG di Desa Piloliyanga dan Desa Hungayonaa, Kabupaten Boalemo. Hasilnya dapur ini telah tampil bersih dan sesuai standar," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Erni Nuraini Mansur di Gorontalo, Selasa.
Pihaknya memonitor dengan melihat langsung proses pelaksanaan pembuatan menu MBG di masing-masing SPPG.
"Kita datang melihat untuk memastikan apakah sudah sesuai standar kesehatan dalam hal ini terkait dengan nilai gizi, apakah sudah sesuai porsi nya dengan sasaran yang ada, kemudian juga terkait dengan sanitasi lingkungannya seperti apa, pendistribusian nya dan cara pengemasan,” katanya.
Ia mengatakan tim monitoring melibatkan unsur Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten Boalemo, serta Puskesmas Tilamuta.
Kegiatan ini difokuskan pada evaluasi nilai gizi menu MBG, aspek sanitasi, hingga penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi tenaga pelaksana di SPPG.
Menurut Erni hasil monitoring menunjukkan bahwa kedua SPPG telah melaksanakan kegiatan sesuai standar, meskipun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Ia juga menyoroti perbedaan porsi sajian antarjenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang disesuaikan dengan pagu anggaran masing-masing, namun tetap menekankan pentingnya keseimbangan nilai gizi.
"Dua lokasi ini memang ada perbedaan nya. Di SPPG Piloliyanga itu bagus penataannya karena petugas dan koordinator mitra nya sudah tersosialisasi dengan baik. Tetapi memang ada beberapa yang perlu diperbaiki. Demikian juga yang di SPPG Desa Hungayonaa, ada sedikit perbaikan terkait sanitasinya tetapi sudah kami luruskan dan kami sampaikan lewat OJT," kata Erni.
Ia berharap seluruh SPPG di Gorontalo dapat konsisten menerapkan prosedur kerja sesuai standar kesehatan agar kasus keracunan makanan maupun penyakit akibat sanitasi buruk dapat dicegah.
Harapannya untuk SPPG semua proses kerja dan mekanismenya sesuai prosedur kesehatan supaya tidak ada lagi kejadian keracunan makanan atau peningkatan kasus diare karena makanan terkontaminasi.
"Makanan harus dalam kondisi bersih dan porsi gizi nya terpenuhi, jadi semua anak yang kurus menjadi normal artinya ada nilai manfaat buat dan kita semua,” katanya.
Kepala SPPG Desa Piloliyanga Niluh Sri Purnama Waty mengatakan bahwa pembinaan dari Dinas Kesehatan memberikan dampak positif, terutama dalam peningkatan kebersihan dapur dan penataan penyimpanan bahan makanan.
“Manfaat yang kami rasakan itu dapurnya lebih kelihatan bersih kemarin mungkin agak kotor namun setelah pembinaan dari dinas, jadi sudah mulai terlihat lebih bersih dan lalat pun berkurang karena sudah diinformasikan cara untuk menghilangkan nya dari area dapur,” kata Niluh.
Namun demikian, ia mengakui bahwa tantangan terbesar masih terletak pada kedisiplinan tenaga pelaksana dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Kendala nya, relawan masih agak bandel-bandel, terutama dalam penggunaan APD.
Mereka belum terbiasa, jadi kami harus terus mengingatkan. "Itu tantangan tersendiri bagi kami," katanya.
Adapun dapur SPPG Desa Piloliyanga melayani sebanyak 2.973 penerima manfaat, sementara SPPG Desa Hungayonaa melayani 3.001 siswa.
