Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak menyayangkan kekerasan terhadap anak di Indonesia
masih tinggi, dari survei mereka menyebut satu dari empat anak laki-laki
dan satu dari tujuh anak perempuan mengalami kekerasan fisik.
Angka ini cukup mengkhawatirkan karena dari jumlah anak di Indonesia,
yakni 87 juta anak, hampir 30 persen pernah mengalami kekerasan fisik.
"Semakin ironis lagi bahwa kekerasan ini justru terjadi di dalam
rumahnya sendiri, sekolah, lembaga pendidikan, dan lingkungan sekitar
anak. Pelakunya pun adalah orang yang seharusnya melindungi anak seperti
orangtua, paman, guru, bapak atau ibu tiri, ataupun orang dewasa
lainnya," kata Deputi Perlindungan Anak Pribudiarta Nur Sitepu melalui
rilis yang diterima Antara Sabtu.
Dalam kegiatan yang menjadi bagian dari kampanye Bersama Lindungi
Anak (BERLIAN) bersama para santri dan santriwati di Panti Asuhan
Al-Mubarok, Tangerang, Jumat (9/6) lalu, Pribudiarta juga mengingatkan
tentang bahaya penggunaan teknologi, khususnya gawai.
Selain positif untuk memperkaya ilmu pengetahuan, di sisi lain
teknologi juga dapat menjerumuskan anak-anak melalui akses pornografi
yang juga bisa menjadi bisnis hitam bagi para oknum yang tidak
bertanggung jawab.
Faktanya, dari hasil pemetaan pornografi online yang dilakukan oleh
Kemen PPPA, pada media sosial twitter selama September-November 2016
terdapat sekitar 20.000 tweet per hari mengenai perbincangan pornografi,
dengan 14,5 persen kontennya berupa tautan gambar dan video yang
menampilkan anak secara vulgar atau porno.
"Untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya kasus-kasus anak,
dibutuhkan komitmen bersama untuk melindungi anak, baik pemerintah,
masyarakat, dan orang tua.," ucap dia.
Selain itu, Pribudiarta juga menyebut pentingnya peran orang tua dan pendidik untuk mencegah terjadinya kekerasan.
Dia juga berharap agar anak-anak dibekali dengan akhlak mulia dan
pendidikan agama agar dapat membentengi dirinya dari segala bentuk
ancaman kekerasan.
"Semoga dengan kegiatan Safari Ramadhan melalui BERLIAN ini,
anak-anak dapat mengetahui bentuk-bentuk kekerasan dan cara
menghindarinya," ucap dia.
Selain dihadiri oleh Deputi Perlindungan Anak Kementerian PPPA,
acara ini juga dihadiri oleh pimpinan Panti Asuhan Al-Mubarok,
pembimbing santri, serta para santri dan santriwati.
Acara juga diselingi oleh penampilan dari Simponi Band dan Shinta
Priwit yang melakukan sosialisasi perlindungan anak melalui seni.
Rangkaian kegiatan dilakukan guna terwujudnya penajaman, koordinasi,
dan sinkronisasi program pemerintah terkait pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak.
Kemen-PPPA sebut angka kekerasan anak masih tinggi
Sabtu, 10 Juni 2017 22:42 WIB