Jenewa (ANTARA GORONTALO) - PBB pada Senin (11/12) meminta negara-negara
untuk menampung 1.300 pengungsi "sangat rentan" yang terdampar di Libya
menyusul terkuaknya penyiksaan terhadap migran di negara itu.
Badan pengungsi PBB mengatakan bahwa 1.300 pengungsi perlu direlokasi sebelum akhir Maret 2018.
"Ini
seruan mendesak untuk solidaritas dan kemanusiaan," kata Volker Turk,
Asisten Komisaris Tinggi untuk Perlindungan UNHCR, dalam sebuah
pernyataan.
"Kita perlu mengeluarkan pengungsi yang sangat rentan dari Libya sesegera mungkin," imbuhnya, sebagaimana dilaporkan AFP.
Negara
yang dilanda kekacauan itu sudah lama menjadi pusat transit utama bagi
para migran yang berusaha mengadu nasib ke Eropa. Banyak pengungsi dan
migran menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia serius di tangan
para oknum penyelundup manusia dan pihak-pihak lainnya.
Para
pemimpin Eropa dan Afrika berjanji akan mengevakuasi hampir 4.000 migran
yang menderita dari Libya setelah kemarahan global meletus bulan lalu
atas rekaman video yang menunjukkan bahwa para migran Afrika dilelang
sebagai budak di negara tersebut.
"Banyak pengungsi, pencari
suaka dan orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan di Libya
menjadi korban pelanggaran hak asasi manusia serius, termasuk berbagai
bentuk perlakuan tidak manusiawi, keji dan merendahkan,' kata UNHCR
dalam seruan pada Senin.
UNHCR menegaskan bahwa banyak dari
mereka yang ditahan hingga batas waktu yang tidak ditentukan dalam
kondisi memprihatinkan, mengutuk "penahanan rutin para pengungsi."
PBB upayakan relokasi 1.300 pengungsi yang terdampar di Libya
Selasa, 12 Desember 2017 15:38 WIB