Jakarta (Antaranews Gorontalo) – Kurang mendapat kehangatan orangtua dan lingkungan kerja orangtua yang terlalu keras memengaruhi bagaimana anak menjadi agresif dan apakah mereka kurang simpati dan berperilaku sesuai nilai moral, menurut penelitian terbaru.
Para peneliti di University of Michigan, University of Pennsylvania dan Michigan State University meneliti 227 pasangan yang memiliki anak kembar identik. Mereka menganalisis pola asuh orangtua yang berbeda bahwa masing-masing anak kembar memiliki pengalaman berbeda dari prediksi perilaku antisosial mereka.
Penelitian menemukan bahwa anak kembar yang mendapat perlakuan “sangat keras” dan kurang mendapat kehangatan emosional dari orangtuanya berpeluang lebih besar bersikap agresif dan kurang simpati, serta tidak berperilaku sesuai nilai moral, sebagaimana dilaporkan wxyz, yang dikutip Jumat.
Karakter-karakter tersebut dikenal dengan istilah karakter tidak empati.
Baca juga: Psikolog: pola asuh pengaruhi perilaku interaksi anak
“Penelitian menunjukkan secara yakin bahwa pola asuh orangtua—tidak hanya gen—berkontribusi pada perkembangan karakter tidak empati. Karena kembar identik memiliki DNA yang sama, kami sangat menyakini bahwa perbedaan dalam pola asuh itu memengaruhi sifat tersebut,” ujar Luke Hyde, lektor psikologi dari U-M.
Orangtua dari anak kembar ini menyelesaikan 50 pertanyaan kuesioner tentang lingkungan rumah, menentukan tingkat kekerasan dan kehangatan keluarga mereka.
Pekerjaan, yang dipublikasikan dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, adalah serangkaian penelitian terbaru dari Penn's Rebecca Waller, lektor psikologi, dan rekan menggunakan observasi untuk menilai berbagai aspek pola asuh.
“Beberapa tugas awal dari karakter tidak empati terfokus pada dasar biologis, seperti genetika dan otak, membuat pendapat mengenai hal tersebut berkembang tanpa menghiraukan apa yang terjadi di lingkungan anak, bahwa pola asuh anak tidak masalah,” ungkap Waller, penulis utama dalam penelitian terbaru.
Ia menambahkan,“Kami merasa pasti ada sesuatu yang dapat diubah dalam lingkungan yang mungkin mencegah anak yang lebih rentan berperilaku antisosial.”
Waller mengatakan bahwa langkah potensial berikutnya untuk mengubah temuan adalah melakukan intervensi bagi keluarga dari berkembangnya karakter tidak empati atau meningkatnya perilaku bermasalah lainnya.
“Dalam dunia nyata itu menciptakan intervensi adalah pekerjaan yang nyata dan nyata untuk mengubah perilaku dalam beragam tipe keluarga yang rumit. Namun, hasil ini menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam merawat anak-anak mereka itu penting. Sekarang, fokus kami tertuju pada program pola asuh yang berhasil untuk mengintervensi secara khusus pada karakter tidak empati,” pungkasnya.