Incheon (ANTARA News/Reuters) - Tim bola basket Qatar dinyatakan kalah
pada pertandingan bola basket di Asian Games pada Rabu, setelah
permohonannya untuk mengenakan penutup kepala muslim ditolak, sehingga
mereka mengambil sikap terhadap apa yang mereka sebut sebagai kebijakan
diskriminatif terhadap perempuan Muslim.
Para pebasket putri Qatar diminta, sesuai dengan peraturan-peraturan
Federasi Bola Basket Internasional (FIBA), untuk melepaskan jilbab
sebelum pertandingan grup mereka melawan Mongolia.
Bagaimanapun, para pebasket menolak, dengan mengatakan bahwa hal itu
melanggar keyakinan agama mereka dan mereka ingin mengirim pesan kuat
terhadap federasi pengurus olahraga bahwa peraturan itu tidak adil.
"Kami harus mengambil sikap ini," kata Ahlam Salem M. Al-Mana dari
Qatar. "Kami berada di sini untuk mendesak asosiasi internasional bahwa
semua tim Muslim siap bersaing di semua kompetisi."
"Kami tahu mengenai larangan mengenakan jilbab, namun kami harus
berada di sini. Kami harus memperlihatkan kepada semua orang bahwa kami
siap untuk bermain, namun Asosiasi Internasional tidak siap."
Juru bicara untuk Asian Games Incheon (IAGOC) mengatakan kepada
Reuters bahwa panitia penyelenggara tidak memiliki alternatif selain
mendeklarasikan tim itu dinyatakan kalah karena "menurut peraturan bahwa
para pemain yang melanggar peraturan Federasi Bola Basket Internasional
4.4.2, yang mengatur mengenai seragam dan apa yang dapat dikenakan para
pemain."
"Ofisial teknik meminta mereka untuk melepas penutup kepala dan
mereka menolak, maka pertandingan itu dinyatakan sebagai kekalahan bagi
Qatar."
Seorang asisten Komite Nasional Olimpiade Qatar yang menolak
diungkapkan identitasnya mengatakan mereka tidak terlalu memikirkan
apakah akan bermain melawan Nepal pada Kamis.
Qatar juga dijadwalkan bermain melawan Kazakhstan pada Jumat, dan Hong Kong sehari kemudian.
Dewan Olimpiade Asia (OCA) mengatakan dalam pernyataannya bahwa
merupakan tugas badan-badan olahraga untuk melindungi hak-hak para atlet
yang berkompetisi.
"Hak-hak para atlet harus menjadi prioritas tertinggi," kata Direktur Jenderal OCA Husain Al-Mussalam.
Direktur jenderal menambahi bahwa FIBA memiliki bertahun-tahun untuk
memecahkan isu itu dengan badan Asia dan federasi-federasi olahraga,
dengan tugas untuk membiarkan para atlet "mengekspresikan hak-hak
kebebasan memilih mereka dengan bermartabat."
"Fase pengujian"
Penggunaan jilbab telah menjadi topik panas di olahraga dalam
beberapa tahun terakhir, di mana para atlet musim mengeluhkan bahwa
mereka mendapat perlakuan diskriminasi.
Kelompok-kelompok Hak Asasi Manusia dan PBB telah bekerja sama untuk
menekan badan-badan olahraga untuk mencabut larangan itu.
Pada awal tahun ini, Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB)
secara bulat telah mencabut larangan terhadap pakaian-pakaian, sehingga
para atlet sepak bola dapat mengenakannya.
Mereka sebelumnya dilarang mengenakannya karena alasan-alasan
keselamatan dan karena jilbab tidak diizinkan penggunaannya oleh
peraturan-peraturan permainan. Namun laporan-laporan medis FIFA
memperlihatkan bahwa tidak ada ancaman keselamatan.
Olahraga-olahraga lain di Asian Games mengizinkan para atlet untuk
mengenakan jilbab. Empat anggota tim dayung kelas ringan Iran mengenakan
jilbab saat mereka meraih medali perunggu pada Rabu.
Bola basket tetap menjadi satu perkecualian, meski FIBA mengatakan
pada awal bulan ini bahwa pihaknya telah mengadakan diskusi-diskusi
mengenai masalah itu dan memperkenalkan "fase ujian" selama dua tahun
untuk menentukan apakah para pemain dapat mengenakannya.
"Mengendurkan peraturan-peraturan saat ini terkait penutup kepala
untuk dapat membolehkan federasi-federasi nasional untuk meminta,
seperti sekarang, pengecualian untuk dapat diterapkan di level nasional
dengan teritori mereka tanpa mendapat sanksi karena melanggar
Peraturan-peraturan Bola Basket Resmi FIBA," papar FIBA.
"Federasi-federasi nasional yang berharap dapat menerapkan
pengecualian untuk regulasi-regulasi seragam akan mendaftarkan
permintaan mendetail kepada FIBA. Saat disetujui, mereka akan memberikan
laporan-laporan tindak lanjut dua kali setahun untuk memonitor
penggunaan pengecualian-pengecualian itu."
Ofisial Incheon mengatakan bahwa tidak ada instruksi dari FIBA mengenai jilbab.
"FIBA menginformasikan kepada saya bahwa mereka tidak merilis
pernyataan mengenai kemungkinan adanya perubahan-perubahan," tambah sang
ofisial.
Amal Mohamed A Mohamed mengatakan ia bingung mengapa ditolak untuk
mengenakan jilbab di Asian Games, yang berlangsung di bawah slogan
"Keaneka ragaman Bersinar di Sini."
"Saya hanya tidak paham mengapa kami tidak diizinkan untuk bermain
dengan kerudung. Saya tidak berpikir jilbab merupakan sesuatu yang
berbahaya, dan memiliki dampak-dampak negatif terhadap pertandingan atau
para pemain," ucapnya.
"Kami telah menghadiri banyak kompetisi internasional di Indonesia
dan Tiongkok. Oleh karena itu, kami tidak akan menghadiri pertandingan
apapun di Asian Games ini kecuali para ofisial mengubah keputusannya."
Tolak lepas jilbab, Tim Qatar dinyatakan kalah
Rabu, 24 September 2014 23:13 WIB