Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan rencana bergabungnya Partai Gerindra ke kubu Jokowi-Ma'ruf harus mendapat persetujuan partai koalisi yang mengusung pasangan tersebut memenangkan Pilpres 2019.
"Karena misalnya kalau mau kawin kan harus ada persetujuan yang mau kawin dan juga keluarga dekat, nah anggaplah partai (koalisi) itu keluarga dekat. Kalau keluarga tak setuju, ya susah juga anda kawin," kata JK di Kantor Wapres Jakarta, Selasa.
Terkait apakah Partai Gerindra diterima bergabung dengan koalisi pemenang Pemilu 2019, JK menilai keputusan itu menjadi hak pasangan Jokowi-Ma'ruf serta koalisi partai pendukungnya.
"Tentang Gerindra masuk koalisi, itu nanti terserah Pak Jokowi dan juga koalisi pemerintah yang ada," tambahnya.
Menanggapi pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, JK menilai keduanya merupakan sahabat lama yang pernah berkoalisi pada Pilpres 2009.
"Gerindra dan PDIP kan sudah pernah berkoalisi, malah tahun 2009 berpasangan, Ibu Mega calon presiden dan Prabowo wakilnya. Jadi bahwa itu berkoalisi, bukannya tak mungkin; tapi sudah pernah," tambahnya.
Prediksi bertambahnya partai politik ke dalam koalisi Jokowi-Ma'ruf semakin diperkuat setelah pertemuan antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri beberapa waktu lalu. Sebelumnya, Prabowo dan Joko Widodo juga melakukan pertemuan di Stasiun MRT Lebak Bulus dan berakhir pada makan siang bersama di kawasan Senayan, Jakarta Selatan.
JK nilai perlu persetujuan partai koalisi kalau Gerindra mau gabung
Selasa, 30 Juli 2019 16:45 WIB